Optimisme Pemulihan Ekonomi Global Kembali Pulih; Risk Appetite (24 Juli 2009)
Optimisme terhadap pemulihan ekonomi global yang menjadi alasan bagi investor dalam menjalankan aktivitas perdagangan beresiko kembali pulih. Setelah tertekan menyusul pidato kepala bank sentral Amerika, the Federal Reserve, Ben Bernanke hari Selasa lalu di hadapan Kongres Amerika yang menghkhawatirkan ancaman meningkatnya tingkat pengangguran dan dampaknya proses pemulihan ekonomi global, optimisme pasar kembali terbangun menyusul meningkatnya data perumahan dan tenaga kerja Amerika. Indikasi mulai pulihnya ekonomi global dari resesi berkepanjangan juga nampak dari meningkatnya tingkat penjualan eceran di negara ekonomi terbesar kedua Eropa, Inggris.
Data perumahan Amerika kembali menjadi bukti mulai pulihnya perekonomian Amerika. Setelah terbukti dengan meningkatnya harga perumahan Amerika, (Fokus Utama, 21 Juli 2009) , indikasi pemulihan pasar perumahan Amerika kembali dibuktikan dengan meningkatnya penjualan perumahan bekas huni (existing home sales). The National Association of Realtors (NAR) kemarin mengumumkan penjualan perumahan bekas huni bulan Juni meningkat 3.6% menjadi 4.890.000 unit, dibanding revisi menurun bulan sebelumnya sebanyak 4.720.000 unit. Angka penjualan tersebut lebih tinggi dibanding nilai tengah perkiraan dalam polling Retures yang memperkirakan terjual 4.840.000 unit.
Selain dari sisi penjualan, NAR melaporkan persediaan rumah bekas pakai yang belum terjual juga mengalami penurunan. Bulan Juni lalu, persediaan perumahan bekas pakai yang belum terjual turun 0.7% menjadi 3.820.000 unit dan nilai tengah harga perumahan nasional turun 15.4% menjadi $181.800 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun dibanding bulan sebelumnya (MoM), harga perumahan meningkat 4.0% sekaligus merupakan level tertinggi sejak Oktober tahun lalu. Menurut kepala ekonomi NAR Lawrence Yun, pada tingkat penjualan tersebut perediaan perumahan beka pakai merepresentasikan persediaan untuk 9.4 bulan, turun dari 9.8 bulan pada bulan Mei.
Analis menilai ini merupakan berita bagus yang meyakikan bahwa momentum aktivitas perumahan Amerika saat ini menjadi daya tarik dimana pembeli perumahan Amerika memperoleh keuntungan dari sangat menariknya suku bunga kredit dan harga perumahan. Yun menambahkan secara keseluruhan, beritanya positif. Kita mengalami peningkatan penjualan perumahan untuk ketiga kalinya (bulanan) berturut-turut, penurunan persediaan dan sekalipun harga turun, penurunan tersebut terjadi pada tahapan yang kecil. “Pasar perumahan tengah mengalami pemulihan setelah resesi selama 4 tahun”, tandas Yun.
Informasi cukup menggembirakan juga datang dari pasar tenaga kerja, sektor ekonomi yang menurut Bernanke beresiko menjadi ancaman bagi proses pemulihan ekonomi. Departemen Tenaga Kerja Amerika kemarin melaporkan jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (jobless claims) sepekan hingga 18 Juli lalu meningkat 30.000 orang menjadi 554.000 orang. Meskipun mengalami peningkatan dibanding revisi meningkat pekan sebelumnya sebanyak 524.000 orang, namun peningkatan tersebut relatif sejalan dengan perkiraan analis yang memperkirakan sebanyak 550.000 orang.
Mengomentari peningkatan data Jobless Claims, kepala ekonom global di The Economic houtlook Group Bernard Baumohl menyatakan setelah 22 pekan aplikasi untuk tunjangan pengangguran bertengger di atas 600.000, saat ini kita melihat jumlah aplikasi berada di bawah level teresebut selama 3 pekan berturut-turut. Pandangan positif juga disampaikan sumber dari Departemen Tenaga Kerja yang menyatakan bahwa data tersebut menyimpang dari pola umum pemutusan hubungan kerja sementara (layoffs) dimana dia memperkirakan akan berkurang pada beberapa pekan mendatang. Data dari Departemen Tenaga Kerja menunjukan pemutusan hubungan kerja secara masal – didefinisikan sebagai PHK sebanyak lebih dari 50 orang dari satu perusahaan – turun menjadi 2.763 bulan lalu dari 2.933 pada bulan Mei yang merupakan jumlah PHK terbesar sepanjang sejarah.
Selain dari Amerika, indikasi pemulihan ekonomi juga nampak di negara ekonomi terbesar kedua Eropa, Inggris yang dibuktikan dengan meningkatnya tingkat penjualan eceran. Kantor Statistik Nasional Inggris (the Office for National Statistics) mengumumkan penjualan di tingkat pengecer (retail sales) bulan Juni meningkat 1.2% setelah turun (revisi menurun) 0.9% bulan sebelumnya (MoM). Angka tersebut juga jauh lebih tinggi dibanding perkiraan seluruh ekonom seperti nilai tengah hasil polling Reuters yang memperkirakan meningkat 0.4%. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat penjualan eceran meningkat 2.9% setelah turun 2.0% (revisi menurun) pada periode yang sama bulan sebelumnya.
Kembali terbangunya optimisme terhadap pemulihan ekonomi global yang diikuti dengan penguatan di bursa saham terutama di bursa Wall Street mendorong investor kembali menjalankan perdagangan beresiko. Investor memburu aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi dengan dana dari bank-bank dengan imbal hasil paling rendah dan mengurangi permintaan terhadap aset-aset maupun mata uang aman. Akibatnya, mata uang dengan imbal hasil tinggi menguat terhadap mata uang dengan imbal hasil paling renda yang juga sering dimanfaatkan sebagai mata uang aman (US dollar dan yen) dan mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi menguat.
US dollar melemah terhadap segenap mata uang utama lainnya kecuali terhadap yen. US dollar tertekan ke level terendah sejak 3 Juni terhadap euro ke $1.4291, ke level terendah bulan ini terhadap sterling ke $1.6585, ke level terendah sejak 11 Juni terhadap aussie ke $0.8222 dan sedikit melemah terhadap Swiss franc. Namun US dollar menguat untuk pertama kalinya dalam 3 hari terakhir pedagangan terhadap yen, menguat ke level tertinggi sejak 7 Juli ke ¥95.29. Indeks dollar yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner perdagangan utamanya terseret ke level terendah sejak 3 Juni ke 78.420.
Yen menjadi mata uang yang mendapat tekanan paling besar seiring meningkatnya aktivitas perdagangan beresiko. Pelemahan yen terjadi akibat besarnya volume penjualan yen oleh investor untuk membeli aset-aset dengan imbal hasil tinggi. Dalam perdagangan beresiko, yen merupakan sumber pendaan utama mengingat rendahnya suku bunga. Selain terhadap US dollar, yen juga melemah terhadap mata uang utama lainnya. Yen melemah ke level terendah sejak 2 Juli terhadap euor, Swiss franc, dan aussie masing-masing ke ¥135.61, ke ¥89.10 , dan ke ¥78.03 . Terhadap sterling, yen melemah ke level terendah sejak 3 Juli ke ¥157.59 .
Data perumahan Amerika kembali menjadi bukti mulai pulihnya perekonomian Amerika. Setelah terbukti dengan meningkatnya harga perumahan Amerika, (Fokus Utama, 21 Juli 2009) , indikasi pemulihan pasar perumahan Amerika kembali dibuktikan dengan meningkatnya penjualan perumahan bekas huni (existing home sales). The National Association of Realtors (NAR) kemarin mengumumkan penjualan perumahan bekas huni bulan Juni meningkat 3.6% menjadi 4.890.000 unit, dibanding revisi menurun bulan sebelumnya sebanyak 4.720.000 unit. Angka penjualan tersebut lebih tinggi dibanding nilai tengah perkiraan dalam polling Retures yang memperkirakan terjual 4.840.000 unit.
Selain dari sisi penjualan, NAR melaporkan persediaan rumah bekas pakai yang belum terjual juga mengalami penurunan. Bulan Juni lalu, persediaan perumahan bekas pakai yang belum terjual turun 0.7% menjadi 3.820.000 unit dan nilai tengah harga perumahan nasional turun 15.4% menjadi $181.800 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun dibanding bulan sebelumnya (MoM), harga perumahan meningkat 4.0% sekaligus merupakan level tertinggi sejak Oktober tahun lalu. Menurut kepala ekonomi NAR Lawrence Yun, pada tingkat penjualan tersebut perediaan perumahan beka pakai merepresentasikan persediaan untuk 9.4 bulan, turun dari 9.8 bulan pada bulan Mei.
Analis menilai ini merupakan berita bagus yang meyakikan bahwa momentum aktivitas perumahan Amerika saat ini menjadi daya tarik dimana pembeli perumahan Amerika memperoleh keuntungan dari sangat menariknya suku bunga kredit dan harga perumahan. Yun menambahkan secara keseluruhan, beritanya positif. Kita mengalami peningkatan penjualan perumahan untuk ketiga kalinya (bulanan) berturut-turut, penurunan persediaan dan sekalipun harga turun, penurunan tersebut terjadi pada tahapan yang kecil. “Pasar perumahan tengah mengalami pemulihan setelah resesi selama 4 tahun”, tandas Yun.
Informasi cukup menggembirakan juga datang dari pasar tenaga kerja, sektor ekonomi yang menurut Bernanke beresiko menjadi ancaman bagi proses pemulihan ekonomi. Departemen Tenaga Kerja Amerika kemarin melaporkan jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (jobless claims) sepekan hingga 18 Juli lalu meningkat 30.000 orang menjadi 554.000 orang. Meskipun mengalami peningkatan dibanding revisi meningkat pekan sebelumnya sebanyak 524.000 orang, namun peningkatan tersebut relatif sejalan dengan perkiraan analis yang memperkirakan sebanyak 550.000 orang.
Mengomentari peningkatan data Jobless Claims, kepala ekonom global di The Economic houtlook Group Bernard Baumohl menyatakan setelah 22 pekan aplikasi untuk tunjangan pengangguran bertengger di atas 600.000, saat ini kita melihat jumlah aplikasi berada di bawah level teresebut selama 3 pekan berturut-turut. Pandangan positif juga disampaikan sumber dari Departemen Tenaga Kerja yang menyatakan bahwa data tersebut menyimpang dari pola umum pemutusan hubungan kerja sementara (layoffs) dimana dia memperkirakan akan berkurang pada beberapa pekan mendatang. Data dari Departemen Tenaga Kerja menunjukan pemutusan hubungan kerja secara masal – didefinisikan sebagai PHK sebanyak lebih dari 50 orang dari satu perusahaan – turun menjadi 2.763 bulan lalu dari 2.933 pada bulan Mei yang merupakan jumlah PHK terbesar sepanjang sejarah.
Selain dari Amerika, indikasi pemulihan ekonomi juga nampak di negara ekonomi terbesar kedua Eropa, Inggris yang dibuktikan dengan meningkatnya tingkat penjualan eceran. Kantor Statistik Nasional Inggris (the Office for National Statistics) mengumumkan penjualan di tingkat pengecer (retail sales) bulan Juni meningkat 1.2% setelah turun (revisi menurun) 0.9% bulan sebelumnya (MoM). Angka tersebut juga jauh lebih tinggi dibanding perkiraan seluruh ekonom seperti nilai tengah hasil polling Reuters yang memperkirakan meningkat 0.4%. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat penjualan eceran meningkat 2.9% setelah turun 2.0% (revisi menurun) pada periode yang sama bulan sebelumnya.
Kembali terbangunya optimisme terhadap pemulihan ekonomi global yang diikuti dengan penguatan di bursa saham terutama di bursa Wall Street mendorong investor kembali menjalankan perdagangan beresiko. Investor memburu aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi dengan dana dari bank-bank dengan imbal hasil paling rendah dan mengurangi permintaan terhadap aset-aset maupun mata uang aman. Akibatnya, mata uang dengan imbal hasil tinggi menguat terhadap mata uang dengan imbal hasil paling renda yang juga sering dimanfaatkan sebagai mata uang aman (US dollar dan yen) dan mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi menguat.
US dollar melemah terhadap segenap mata uang utama lainnya kecuali terhadap yen. US dollar tertekan ke level terendah sejak 3 Juni terhadap euro ke $1.4291, ke level terendah bulan ini terhadap sterling ke $1.6585, ke level terendah sejak 11 Juni terhadap aussie ke $0.8222 dan sedikit melemah terhadap Swiss franc. Namun US dollar menguat untuk pertama kalinya dalam 3 hari terakhir pedagangan terhadap yen, menguat ke level tertinggi sejak 7 Juli ke ¥95.29. Indeks dollar
Yen menjadi mata uang yang mendapat tekanan paling besar seiring meningkatnya aktivitas perdagangan beresiko. Pelemahan yen terjadi akibat besarnya volume penjualan yen oleh investor untuk membeli aset-aset dengan imbal hasil tinggi. Dalam perdagangan beresiko, yen merupakan sumber pendaan utama mengingat rendahnya suku bunga. Selain terhadap US dollar, yen juga melemah terhadap mata uang utama lainnya. Yen melemah ke level terendah sejak 2 Juli terhadap euor, Swiss franc, dan aussie masing-masing ke ¥135.61
Post a Comment