Mata Uang Aman Tertekan Seiring Penguatan Indeks Saham (21 Agustus 2009)
Permintaan terhadap mata uang aman (US dollar dan yen) kembali menurun seiring penguatan indeks saham di bursa-bursa saham global yang diperkuat dengan meningkatnya data indikator ekonomi Amerika. Kembali meningkatnya outlook pemulihan ekonomi global dinilai investor sebagai peluang untuk mendapat keuntungan dari aset-aset maupun mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) dan mengurangi permintaannya terhadap mata uang aman. Nampaknya pola perdagagnan di pasar mata uang telah kembali ke perdagangan beresiko setelah sempat menjalankan perdagangan linier dimana investor membeli mata uang dengan fundamental ekonomi lebih kuat pasca rilisan data tenaga kerja pada akhir pekan pertama bulan ini.
Minat invetor terhadap aset-aset beresiko kembali terbangun menyusul rebound yang terjadi di bursa saham China yang menguat 4.5% setelah terpuruk pada perdagangan sebelumnya. Penguatan indeks saham Shanghai juga diikuti oleh penguatan di bursa-bursa lainnya termasuk di bursa Wall Street.
Memasuki waktu perdagangan New York minat investor pada perdagangan beresiko kian meningkat menyusul meningkatnya data aktivitas manufaktur Amerika. Aktivitas manufaktur di wilayah Mid-Atlantic yang merupakan barometer aktivitas manufaktur Amerika, dilaporkan meningkat untuk pertama kalinya dalam 10 bulan. The Philadelphia Federal Reserve melaporkan indeks aktivitas bisnis di wilayahnya rebound menjadi 4.2% pada bulan Agustus, level tertinggi sejak November 2007 dari minus 7.5% pada bulan sebelumnya. Nilai indeks di atas nol mengindikasikan terjadinya pertumbuhan dalam aktivitas bisnis tersebut.
Hampir sejak setahun lalu, mata uang dengan imbal hasil rendah, US dollar dan yen, menunjukan saat pasar lebih optimis terhadap pemulihan eknomi global. Investor membeli aset-aset maupun mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi, meskipun beberapa analis menyatakan bahwa hubungan tersebut (antara optimisme terhadap pemilihan ekonomi global dan pembelian aset-aset maupun mata uang dengan imbal hasil tinggi) mulai menurun. Analis menyatakan mereka melihat adanya pemulihan namun hal tersebut akan memakan waktu lama untuk mendapatkan daya tarik. “U.S. interest rates will stay low for a while yet, and so now you're seeing a lot of positioning because there is not a lot to trade on,” tutur Meg Browne dari Brown Brothers Harriman di New York sebagaimana dikutip Reuters.
Namun aktivitas perdagangan beresiko sedikit tertakan menyusul data yang menggambarkan masih buruknya kondisi pasar tenaga kerja Amerika. Departemen tenaga kerja Amerika kemarin mengumumkan aplikasi pengajuan tunjangan pengangguran (jobless claims) oleh penduduk Amerika pekan lalu meningkat 15.000 menjadi 576.000 orang. Meningkatnya jobless claims menambah perhatian bahwa kuatnya data sejauh ini hanya datang dari aktivitas manufaktur yang hanya sedikit memberi kontribusi terhadap ekonomi Amerika.
Analis menyatakan untuk ekonomi riil, mereka memerlukan konsumen terlibat dalam permainan, namun meingkatnya pengangguran, konsumen tidak ingin meningkatkan belanjanya. Laporan jobless claims merupakan indikasibahwa secara definitif tidak akan menjadikan pemulihan dalam bentuk kruva V (v-shaped). Sebuah pola yang menunjukan terjadinya peningkatan (pemulihan) setelah kondisi ekonomi mencapai titik terendahnya.
Sterling Tertekan
Meningkatnya aktivias perdagangan beresiko menekan mata uang aman (US dollar dan yen) melemah. Indeks dollar <=USD> melemah untuk ketiga kalnya berturut-turut tertekan ke level terendah pekan ini ke 78.299. US dollar tertekan ke level terenah baru pekan terhadap uero, sterling, dan aussie masing-masing ni ke $1.4276, ke $1.6606 , dan ke $0.8333 dan tertekan ke level terendah sejak 7 Juli terhadap Swiss franc ke CHF 1.0620 , namun sedikit menguat terhadap yen. Mata uang aman lainnya, yen, melemah ke level terendah sejak Selasa ke ¥134.62 , ke level terendah pekan ini terhadap Swiss franc ke ¥88.67, dan sedikit menguat terhadap sterling dan aussie.
Dinata 4 mata uang utama, selain yen, satu-satunya mata uang yang ditutup pada area negatif terhadap US dollar adalah sterling. Sterling melemah terhadap segenap mata uang utama lainnya dipicu oleh figur yang menunjukan penurunan tajam dalam pendanaan publik. Pinjaman sektor publik Inggris bulan Juli dilaporkan hanya sebesar £8.016 milyar, secara substansial lebih tinggi dibanding ekspektasi yang memperkirakan mengalami defisit £500 juta, sangat kontras dengan sruplus lebihd ari 5 milyar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Minat invetor terhadap aset-aset beresiko kembali terbangun menyusul rebound yang terjadi di bursa saham China yang menguat 4.5% setelah terpuruk pada perdagangan sebelumnya. Penguatan indeks saham Shanghai juga diikuti oleh penguatan di bursa-bursa lainnya termasuk di bursa Wall Street.
Memasuki waktu perdagangan New York minat investor pada perdagangan beresiko kian meningkat menyusul meningkatnya data aktivitas manufaktur Amerika. Aktivitas manufaktur di wilayah Mid-Atlantic yang merupakan barometer aktivitas manufaktur Amerika, dilaporkan meningkat untuk pertama kalinya dalam 10 bulan. The Philadelphia Federal Reserve melaporkan indeks aktivitas bisnis di wilayahnya rebound menjadi 4.2% pada bulan Agustus, level tertinggi sejak November 2007 dari minus 7.5% pada bulan sebelumnya. Nilai indeks di atas nol mengindikasikan terjadinya pertumbuhan dalam aktivitas bisnis tersebut.
Hampir sejak setahun lalu, mata uang dengan imbal hasil rendah, US dollar dan yen, menunjukan saat pasar lebih optimis terhadap pemulihan eknomi global. Investor membeli aset-aset maupun mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi, meskipun beberapa analis menyatakan bahwa hubungan tersebut (antara optimisme terhadap pemilihan ekonomi global dan pembelian aset-aset maupun mata uang dengan imbal hasil tinggi) mulai menurun. Analis menyatakan mereka melihat adanya pemulihan namun hal tersebut akan memakan waktu lama untuk mendapatkan daya tarik. “U.S. interest rates will stay low for a while yet, and so now you're seeing a lot of positioning because there is not a lot to trade on,” tutur Meg Browne dari Brown Brothers Harriman di New York sebagaimana dikutip Reuters.
Namun aktivitas perdagangan beresiko sedikit tertakan menyusul data yang menggambarkan masih buruknya kondisi pasar tenaga kerja Amerika. Departemen tenaga kerja Amerika kemarin mengumumkan aplikasi pengajuan tunjangan pengangguran (jobless claims) oleh penduduk Amerika pekan lalu meningkat 15.000 menjadi 576.000 orang. Meningkatnya jobless claims menambah perhatian bahwa kuatnya data sejauh ini hanya datang dari aktivitas manufaktur yang hanya sedikit memberi kontribusi terhadap ekonomi Amerika.
Analis menyatakan untuk ekonomi riil, mereka memerlukan konsumen terlibat dalam permainan, namun meingkatnya pengangguran, konsumen tidak ingin meningkatkan belanjanya. Laporan jobless claims merupakan indikasibahwa secara definitif tidak akan menjadikan pemulihan dalam bentuk kruva V (v-shaped). Sebuah pola yang menunjukan terjadinya peningkatan (pemulihan) setelah kondisi ekonomi mencapai titik terendahnya.
Sterling Tertekan
Meningkatnya aktivias perdagangan beresiko menekan mata uang aman (US dollar dan yen) melemah. Indeks dollar <=USD> melemah untuk ketiga kalnya berturut-turut tertekan ke level terendah pekan ini ke 78.299. US dollar tertekan ke level terenah baru pekan terhadap uero, sterling, dan aussie masing-masing ni ke $1.4276
Nice topic!I'm very impressed upon your efforts.Thanks.
nice post
Post a Comment