Risk Appetite Tahan Penguatan US Dollar; GDP (31 Juli 2009)
Risk appetite, atau aktivitas perdagangan dimana investor melepas mata uang maupun aset-aset aman dan mengarahkan investasinya pada aset-aset maupun mata uang dengan imbal hasil lebih tiggi menjadi faktor penahan penguatan US dollar pada perdagangan hari Kamis. Seperti biasanya, risk appetite meningkat seiring meningkatnya optimisme tentang ekonomi global yang salah satunya terefleksikan dalam penguatan indeks saham. Pada perdagangan hari Kamis kemarin, indeks saham global mulai dari saham-saham Asia, Eropa, hingga di bursa New York kemarin mengalami penguatan cukup signifikan. Beberpa indeks saham bahkan berhail ditutup pada level tertinggi selama beberapa bulan seperti indeks saham Kospi yang ditutup pada penutupan tertinggi selama 9 bulan dan indeks saham Eropa <.FTEU3> yang ditutup pada level tertinggi hampir 9 bulan dan indeks saham Dow Jones melonjak setelah tertekan pada perdagangan bebrapa hari sebelumnya.
Optimisme terhadap outlook ekonomi global terbangun seiring meningkatnya beberapa data indikator ekonomi, meniningkatnya perolehan keuntungan perusahaan, serta pernyataan bank sentral China yang berhasil menenangkan pasar. Serangkaian data fundamental ekomoi dari negara-negara maju yang dirilis kemarin menjadi bukti mulai pulihnya perekonomian global. Dari Inggris misalnya, indeks harga perumahan di Inggris dilaporkan meningkat selama 3 bulan berturut-turut, meningkat 1.3% lebih besar dibanding kenaikan 0.9% bulan sebelumnya dan jauh lebih besar dibanding ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya meningkat 0.2%. Dari Jerman, tingkat pengangguran (unemployment rate) bulan Juli dilaporkan tidak berubah 8.3% lebih rendah dibanding perkiraan ekonom sebesar 8.4%. Dari Uni Eropa, kontraksi iklim bisnis dilaporkan berkurang menjadi (minus) 2.71 dari revisi buan sebelumnya sebesar (minus) 2.92% dan sentimen pasar terhadap ekonomi mulai dari tingkat konsumen hingga bisnis dilaporkan mengalami peningkatan.
Data fundamental ekonomi terakhir yang dirilis kemarin yang memperkuat optimisme terhadap perekonomian global adalah berkurangnya jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran di Amerika. Departemen Tenaga Kerja Amerika kemarin melaporkan meskipun jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (jobless claims) meningkat, namun rata-rata penduduk yang menerima tunjangan penganguran dalam 4 pekan (jobless 4-week) dan dan jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran (continuing jobelss) dilaporkan menurun. Jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran dilaporkan meningkat 25.000 orang menjadi 584.000 selama sepekan hingga 25 Juli dibanding pekan sebelumnya sebanyak 559.000 orang. Rata-rata jumlah penduduk yang menerima tunjangan pengangguran dalam 4 pekan turun 8.250 orang menjadi 559.000 orang dan jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran turun 54.000 menjadi 6.197.000 orang.
Analis menyatakan meskipun jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran meningkat, namun penurunan akumulasi jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran menunjukan penurunan yang menandakan bahwa ekonomi Amerika tengah mengalami peningkatan. Jobless 4-week dan continuing jobles menjadi parameter yang lebih mengekspresikan kodnisi pasar tenaga kerja mengingat kedua indikator tersebut terbebas dari deviasi mingguan. Membaiknya kondisi pasar tenaga kerja Amerika memperkuat bukti pemulihan ekonomi Amerika pada khususnya dan ekonomi global pada umumnya setelah sebelumnya terangkat oleh membaiknya pasar perumahan.
Bagi investor di pasar mata uang asing, meningkatnya optimisme terhadap outlook ekonomi global berarti terbukanya peluang keuntungan atas aset-aset dengan imbal hasil tinggi (risk appetite). Beralihnya arah investasi dari mata uang maupun aset-aset aman kedalam aset-aset beresiko dengan imbal hasil tinggi menyebabkan US dollar tertekan mengakhiri penguatan dua hari sebelumnya. Indeks dollar <=USD> yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner peragangan utamanya terkoreksi dari level tertinggi sejak 14 Juli di 79.659 yang diraih hari Rabu lalu, melemah hingga 79.212. Terhadap mata uang utama lainnya, US dollar melemah dari level tertinggi selama beberapa pekan terhadap euro, sterling, Swiss franc, dan aussie. Namun US dollar menguat terhadap yen, melaju ke level tertinggi sejak 6 Juli ke ¥95.88. Pelemahan yen dipicu oleh tingginya penjualan yen oleh investor untuk membeli aset-aset dengan imbal hasil tinggi. Yen juga melemah terhadap mata uang utama lainnya.
Namun laju pelemahan US dollar dan yen tertahan seiring sikap investor menunggu rilisan data pertumbuhan ekonomi Amerika (GDP) kuartal kedua yang akan dirilis hari ini. Diperkirakan ekonomi Amerika terkontraksi 1.5% pada kuartal kedua setelah terkontraksi 5.5% kuartal seeblumnya. Analis memperkirakan apabila kontraksi ekonomi Amerika lebih besar dari perkiraan, maka penguatan US dollar akan berlanjut, namun apabila kontraksi ekonomi Amerika lebih besar dari perkiraan maka US dollar berpeluang rebound.
          
Optimisme terhadap outlook ekonomi global terbangun seiring meningkatnya beberapa data indikator ekonomi, meniningkatnya perolehan keuntungan perusahaan, serta pernyataan bank sentral China yang berhasil menenangkan pasar. Serangkaian data fundamental ekomoi dari negara-negara maju yang dirilis kemarin menjadi bukti mulai pulihnya perekonomian global. Dari Inggris misalnya, indeks harga perumahan di Inggris dilaporkan meningkat selama 3 bulan berturut-turut, meningkat 1.3% lebih besar dibanding kenaikan 0.9% bulan sebelumnya dan jauh lebih besar dibanding ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya meningkat 0.2%. Dari Jerman, tingkat pengangguran (unemployment rate) bulan Juli dilaporkan tidak berubah 8.3% lebih rendah dibanding perkiraan ekonom sebesar 8.4%. Dari Uni Eropa, kontraksi iklim bisnis dilaporkan berkurang menjadi (minus) 2.71 dari revisi buan sebelumnya sebesar (minus) 2.92% dan sentimen pasar terhadap ekonomi mulai dari tingkat konsumen hingga bisnis dilaporkan mengalami peningkatan.
Data fundamental ekonomi terakhir yang dirilis kemarin yang memperkuat optimisme terhadap perekonomian global adalah berkurangnya jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran di Amerika. Departemen Tenaga Kerja Amerika kemarin melaporkan meskipun jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (jobless claims) meningkat, namun rata-rata penduduk yang menerima tunjangan penganguran dalam 4 pekan (jobless 4-week) dan dan jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran (continuing jobelss) dilaporkan menurun. Jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran dilaporkan meningkat 25.000 orang menjadi 584.000 selama sepekan hingga 25 Juli dibanding pekan sebelumnya sebanyak 559.000 orang. Rata-rata jumlah penduduk yang menerima tunjangan pengangguran dalam 4 pekan turun 8.250 orang menjadi 559.000 orang dan jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran turun 54.000 menjadi 6.197.000 orang.
Analis menyatakan meskipun jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran meningkat, namun penurunan akumulasi jumlah penduduk yang terus menerima tunjangan pengangguran menunjukan penurunan yang menandakan bahwa ekonomi Amerika tengah mengalami peningkatan. Jobless 4-week dan continuing jobles menjadi parameter yang lebih mengekspresikan kodnisi pasar tenaga kerja mengingat kedua indikator tersebut terbebas dari deviasi mingguan. Membaiknya kondisi pasar tenaga kerja Amerika memperkuat bukti pemulihan ekonomi Amerika pada khususnya dan ekonomi global pada umumnya setelah sebelumnya terangkat oleh membaiknya pasar perumahan.
Bagi investor di pasar mata uang asing, meningkatnya optimisme terhadap outlook ekonomi global berarti terbukanya peluang keuntungan atas aset-aset dengan imbal hasil tinggi (risk appetite). Beralihnya arah investasi dari mata uang maupun aset-aset aman kedalam aset-aset beresiko dengan imbal hasil tinggi menyebabkan US dollar tertekan mengakhiri penguatan dua hari sebelumnya. Indeks dollar <=USD> yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner peragangan utamanya terkoreksi dari level tertinggi sejak 14 Juli di 79.659 yang diraih hari Rabu lalu, melemah hingga 79.212. Terhadap mata uang utama lainnya, US dollar melemah dari level tertinggi selama beberapa pekan terhadap euro, sterling, Swiss franc, dan aussie. Namun US dollar menguat terhadap yen, melaju ke level tertinggi sejak 6 Juli ke ¥95.88. Pelemahan yen dipicu oleh tingginya penjualan yen oleh investor untuk membeli aset-aset dengan imbal hasil tinggi. Yen juga melemah terhadap mata uang utama lainnya.
Namun laju pelemahan US dollar dan yen tertahan seiring sikap investor menunggu rilisan data pertumbuhan ekonomi Amerika (GDP) kuartal kedua yang akan dirilis hari ini. Diperkirakan ekonomi Amerika terkontraksi 1.5% pada kuartal kedua setelah terkontraksi 5.5% kuartal seeblumnya. Analis memperkirakan apabila kontraksi ekonomi Amerika lebih besar dari perkiraan, maka penguatan US dollar akan berlanjut, namun apabila kontraksi ekonomi Amerika lebih besar dari perkiraan maka US dollar berpeluang rebound.

















Post a Comment