Global Finance

24hour-open.blogspot.com

Pengangguran Dapat Menghambat Pemulihan Ekonomi Amerika (22 Juli 2009)

Tingginya tingkat pengangguran Amerika menjadi fokus perhatian kepala Federal Reserve Ben Bernanke saat menyampaikan laporan tengah tahunan kondisi ekonomi di hadapan Kongres kemarin. Dalam laporannya Bernanke menyatakan pandangan terhadap kesulitan berkepanjangan ekonomi Amerika tengah mengalami peningkatan, namun Bernanke menegaskan bahwa kebijakan yang mendukung akan dibutuhkan untuk beberapa waktu kedepan guna meredam pengaruh meningkatnya tingkat pengangguran terhadap proses pemulihan.

Bernanke khawatir pengangguran akan tetap berada pada level teinggi hingga tahun 2011 mendatang, dan mengingatkan bahwa hal tersebut dapat menekan kepercayaan konsumen dan berpotensi menggerus pemulihan secara bertahap. Secara rinci Bernanke menyatakan meskipun terdapat signal positif dari berbagai sektor termasuk kondisi pasar finansial yang merupakan cikal bakal runtuhnya ekonomi, tingkat kehilangan pekerjaan masih tinggi dan tingkat pengangguran terus meingkat. Ketidakamanan pekerjaan, berpadu dengan penurunan nilai porperti dan ketatnya kredit akan membatasi peningkatan belanja konsumen. Kemungkinannya adalah bahwa stabilisasi belanja rumah tangga belakangan ini akan nyatanya masih menghadapi ancaman penurunan terhadap outlook ekonomi. Laporan Bernanke selangkapnya dapat diakses melalui situs resmi the Federal Reserve di www.federalreserve.gov.

Kekhawatiran Bernanke memang sangat beralasan. Runtuhnya sendi-sendi ekonomi Amerika yang terjebak dalam resesi terbesar sejak apa yang disebut Great Depression tahun 1930-an mengakibatkan jutaan penduduk kehilangan pekerjaan. Sejak dinyatakan resesi Desember 2007 lalu, ekonomi Amerika telah kehilangan hampir 6,5 juta tenaga kerjanya (non-farm payrolls) dan mendongkrak tingkat pengangguran (unemployment) ke level tertinggi sejak pertengahan 1983 ke level 9.5% (bulan Juni). Pada 6 bulan pertama tahun ini saja, ekonomi Amerika telah kehilangan 3.382.000 tenaga kerjanya, lebih besar dibanding penurunan sepanjang tahun 2008 sebanyak 3.078.000 tenaga kerja dan merupakan penurunan terbesar sepanjang sejarah pencatatan ketenaga kerjaa tahun 1939.

Analis menyatakan secara keseluruhan pidato Bernanke memberi beberapa kejutan, khususnya setelah apa yang dia tulis dalam artikel untuk the Wall Street Journal dimana Bernanke menyatakan the Federal Reserve memiliki suatu rencana startegi untuk keluar dari kebijakan quatitative easing. Quantitative easing (QE) adalah kebijakan inkonvensional yang diterapkan the Fed (dan beberapa bank sentral besar lainnya) dimanan bank sentral membeli aset-aset sekuritas pemerintah maupun institusi-institusi swasta terutama aset-aset berbasis kredit perumahan guna meningkatkan ketersediaan anggaran bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga keuangan khususnya untuk menjamin kemampuan mereka dalam mengucurkan kredit. QE mendapat perhatian besar dari para pelaku pasar maupun analis mengingat besarnya dana yang harus disediakan. Bank-bank sentral seperti the Fed dan BoE memutuskan untuk mencetak mata uang baru dalam jumlah besar sebagai sumber pendaan utamanya. Kebijakan tersebut mengakibatkan meroketnya defisit neraca anggaran pemerintah Amerika yang mencapai $2 triliun.

Bagi investor di pasar mata uang asing, pernyataan Bernanke tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek keuntungan atas perdagangan beresiko. Investor berusaha mengamankan keuntungan dengan melepas aset-aset tersebut (risk aversion) dan mengalihkan dana investasinya (sebagian) kedalam mata uang maupun aset-aset aman (US dollar dan yen). Sebelumnya aktivitas perdagangan beresiko meningkat seiring meningkatnya outlook pemulihan ekonomi global menyusul cerahnya serangkaian data fundamental ekonomi serta meningkatnya perolehan keuntungan kuartal kedua dari perusahaan-perusahaan besar Amerika. Kuatnya sentimen negatif atas pernyataan tersebut bahkan meredam sentimen positif dari earnings report. Hari Selasa kemarin, peningkatan perolehan keuntungan kembali dilaporkan perusahaan alat berat Caterpillar.

Keluarnya investor dari perdagangan beresiko mendorong mata uang aman, US dollar dan yen menguat. US dollar rebound dari pelemahan awal pekan lalu. Indeks dollar yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner utama perdagangannya rebound dari level terendah selama 6 pekan di 78.812 menguat hingga 79.083. Terhadap mata uang utama linnya, US dollar rebound dari level terendah selama lebih dari 6 pekan terhadap euro di $1.4277 pada awal perdagangan menguat hingga $1.4164, dari level terendah selama 3 pekan terhadap sterling di $1.6557 hari Senin menguat hingga $1.6385, dari level terendah selama 3 pekan terhadap Swiss franc di CHF 1.0657 menguat hingga CHF 1.0716, dan rebound dari level terendah sejak 4 Juni terhadap aussie di $0.8193 pada awal perdagangan menguat hingga $0.8090. Namun tingginya pembelian yen oleh investor untuk mengembalikan dana pinjaman ke bank-bank Jepang menekan US dollar melemah setelah menguat pada 2 hari perdagangan sebelumnya.

Post Your Comment

Bookmark and Share

24hour-open.blogspot.com © 2008 Template by Dicas Blogger Supplied by Best Blogger Templates

TOPO  

ss_blog_claim=47e60104227066d1213fd65a935f64ca