Ekonomi Inggris Kuartal Kedua Terkontraksi Lebih Besar dari Perkiraan (25 Juli 2009)
Resesi mendalam yang melanda negara ekonomi terbesar kedua Eropa, Inggris nampaknya masih belum menunjukan tanda-tanda pemulihan. Meskipun beberapa data fundamental ekonomi seperti data penjualan eceran telah menunjukan peningkatan, namun secara umum ekonomi Inggris masih menghadapi tekanan cukup berat. Kondisi tersebut tergambar dari kontraksi ekonomi kuartal kedua dimana nilai pasar ekonomi Inggris (GDP) dilaporkan terkontraksi lebih besar dari perkiraan. Inggris mejadi negara G7 pertama yang melaporkan data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua.

Kantor statistik nasional kemarin mengumumkan ekonomi Inggris terkontraksi 0.8% pada periode tiga bulan hingga Juni lalu (kuartal kedua). Secara umum penurunan tersebut jauh lebih kecil dibanding kontraksi pada kuartal pertama dimana ekonomi Inggris terkontraksi 2.4%. Namun penurunan tersebut lebih dari dua kali lipat ekspektasi para ekonom yang memperkirakan terkontraksi 0.3%. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), ekonomi Inggris terkontraksi 5.6%, penurunan tahunan terbesar sejak penurunan yang sama pada awal pendataan tahun 1955. Penurunan tahunan tersebut secara signifikan lebih buruk dibanding perkiraan BoE bulan Mei lalu. Rilisan data GDP selengkapnya dapat dilihat pada situs resmi national statistics di www.statistics.gov.uk .
Mantan pejabat BoE David Blanchflower menyatakan bank sentral tidak boleh menyerukan untuk menghentikan program pembelian aset untuk memompakan uang kedalam ekonomi. BoE perlu untuk meningkatkan program QE (quantitative easing) mulai sekarang karena kalau tidak pemulihan akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Pernyataan Blanchflower tersebut sejalan dengan keinginan kamar dagang Inggris (British Chambers of Commerce) awal bulan lalu yang meminta BoE meningkatkan program pembelian aset. Lihat Fokus Utama Rabu, 8 Juli 2009.
Analis mengaku kaget dengan besaran kontraksi kuartal kedua. Minutes atas rapat BoE bulan Juli yang dipublikasikan hari Rabu lalu menegaskan outlook ekonomi pada jangka menengah lebih cerah dibanding yang diprediksikan bank sentral bulan Mei lalu. Ross Walker, ekonom Inggris di RBS Fianancial Market menyatakan hal ini sangat dahsyat, jumlah yang mengerikan. Ini menambah keraguan apakah kita secara aktual akan melihat pertumbuhan pada kuartal ketiga”. Penurunan ekonomi Inggris tersebut merupakan penurunan selama 5 kuartal berturut-turut dengan akumulasi penurunan sebesar 5.7%, lebih dari 2 kali lipat penurunan awal 1990-an dan tidak jauh dari kontraksi 6% yang pernah terjadi tahun 1980-an.
Data tersebut meyakinkan bahwa pemulihaan akan berjalan lebih lamban dibanding perkiraan sebelumnya dan meningkatkan spekulasi seputar penambahan langkah stimulus dari bank sentral, yang telah mengeluarkan ¨125 milyar dalam program QE. Strategist di Standard Chartered Bank menyatakan isu terbesar bagi pasar berlanjut pada ada apa dengan quantitative easing, dan bagaimana exit strategy yang akan ditawarkan BoE.
Sterling Sedikit Tertekan
Namun kontraksi ekonomi Inggris yang jauh lebih besar dibanding perkiraan tidak terlalu berdampak terhadap nilai tukar sterling. Pasca rilisan data GDP sterling hanya sedikit melemah terhadap US dollar maupun euro. Pelemahan sterling tertahan seiring tekanan terhadap US dollar seiring penurunan di bursa saham. Pelemahan sesungguhnya justru terhadi terhadap euro dimana sterling tertekan ke level terendah sejak hari Rabu ke ¨0.8674. Terhadap US dollar sterling hanya tertekan ke level terendah harian ke $1.6392.
Analis menyatakan pelemahan sterling sebagian dibatasi oleh fakta bahwa GDP kuartal kedua dipandang terbalik, padahal fokus sebenarnya adalah pada outlook inflasi, perkiraan GDP yang baru, serta kelanjutan langkah dari BoE. Secara keseluruhan mereka akan tetap melihat bahwa ekonomi akan meingkat pada paruh kedua tahun ini, meskipun data tersebut memberi ketidakjelaan terhadap outlook.
Selain dari apa yang disampaikan analis di atas, pelemahan sterling juga dibatasi oleh karakter seterling yang sangat terpengaruh oleh perdagangan beresiko. Pada perdagangan akhir pekan kemarin, perdagangan beresiko sedikit meningkat menyusul rilisan data dari Uni Eropa yang menunjukan stabilisasi ekonomi Uni Eropa. Data terakhir yang dirilis akhir pekan lalu adalah meningkatnya sentimen bisnis Jerman sebagaimana dilaporkan IFO. IFO melaporkan sentimen bisnis Jerman meningkat untuk keempat kalinya berturut-turut ke level tertinggi sejak Oktober 2008, dan hasil survey menunjukan sektor jasa dan manufaktur Uni Eropa terkontraksi lebih lambat dibanding perkiraan pada bulan Juli.

Kantor statistik nasional kemarin mengumumkan ekonomi Inggris terkontraksi 0.8% pada periode tiga bulan hingga Juni lalu (kuartal kedua). Secara umum penurunan tersebut jauh lebih kecil dibanding kontraksi pada kuartal pertama dimana ekonomi Inggris terkontraksi 2.4%. Namun penurunan tersebut lebih dari dua kali lipat ekspektasi para ekonom yang memperkirakan terkontraksi 0.3%. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), ekonomi Inggris terkontraksi 5.6%, penurunan tahunan terbesar sejak penurunan yang sama pada awal pendataan tahun 1955. Penurunan tahunan tersebut secara signifikan lebih buruk dibanding perkiraan BoE bulan Mei lalu. Rilisan data GDP selengkapnya dapat dilihat pada situs resmi national statistics di www.statistics.gov.uk .
Mantan pejabat BoE David Blanchflower menyatakan bank sentral tidak boleh menyerukan untuk menghentikan program pembelian aset untuk memompakan uang kedalam ekonomi. BoE perlu untuk meningkatkan program QE (quantitative easing) mulai sekarang karena kalau tidak pemulihan akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Pernyataan Blanchflower tersebut sejalan dengan keinginan kamar dagang Inggris (British Chambers of Commerce) awal bulan lalu yang meminta BoE meningkatkan program pembelian aset. Lihat Fokus Utama Rabu, 8 Juli 2009.
Analis mengaku kaget dengan besaran kontraksi kuartal kedua. Minutes atas rapat BoE bulan Juli yang dipublikasikan hari Rabu lalu menegaskan outlook ekonomi pada jangka menengah lebih cerah dibanding yang diprediksikan bank sentral bulan Mei lalu. Ross Walker, ekonom Inggris di RBS Fianancial Market menyatakan hal ini sangat dahsyat, jumlah yang mengerikan. Ini menambah keraguan apakah kita secara aktual akan melihat pertumbuhan pada kuartal ketiga”. Penurunan ekonomi Inggris tersebut merupakan penurunan selama 5 kuartal berturut-turut dengan akumulasi penurunan sebesar 5.7%, lebih dari 2 kali lipat penurunan awal 1990-an dan tidak jauh dari kontraksi 6% yang pernah terjadi tahun 1980-an.
Data tersebut meyakinkan bahwa pemulihaan akan berjalan lebih lamban dibanding perkiraan sebelumnya dan meningkatkan spekulasi seputar penambahan langkah stimulus dari bank sentral, yang telah mengeluarkan ¨125 milyar dalam program QE. Strategist di Standard Chartered Bank menyatakan isu terbesar bagi pasar berlanjut pada ada apa dengan quantitative easing, dan bagaimana exit strategy yang akan ditawarkan BoE.
Sterling Sedikit Tertekan
Namun kontraksi ekonomi Inggris yang jauh lebih besar dibanding perkiraan tidak terlalu berdampak terhadap nilai tukar sterling. Pasca rilisan data GDP sterling hanya sedikit melemah terhadap US dollar maupun euro. Pelemahan sterling tertahan seiring tekanan terhadap US dollar seiring penurunan di bursa saham. Pelemahan sesungguhnya justru terhadi terhadap euro dimana sterling tertekan ke level terendah sejak hari Rabu ke ¨0.8674. Terhadap US dollar sterling hanya tertekan ke level terendah harian ke $1.6392.
Analis menyatakan pelemahan sterling sebagian dibatasi oleh fakta bahwa GDP kuartal kedua dipandang terbalik, padahal fokus sebenarnya adalah pada outlook inflasi, perkiraan GDP yang baru, serta kelanjutan langkah dari BoE. Secara keseluruhan mereka akan tetap melihat bahwa ekonomi akan meingkat pada paruh kedua tahun ini, meskipun data tersebut memberi ketidakjelaan terhadap outlook.
Selain dari apa yang disampaikan analis di atas, pelemahan sterling juga dibatasi oleh karakter seterling yang sangat terpengaruh oleh perdagangan beresiko. Pada perdagangan akhir pekan kemarin, perdagangan beresiko sedikit meningkat menyusul rilisan data dari Uni Eropa yang menunjukan stabilisasi ekonomi Uni Eropa. Data terakhir yang dirilis akhir pekan lalu adalah meningkatnya sentimen bisnis Jerman sebagaimana dilaporkan IFO. IFO melaporkan sentimen bisnis Jerman meningkat untuk keempat kalinya berturut-turut ke level tertinggi sejak Oktober 2008, dan hasil survey menunjukan sektor jasa dan manufaktur Uni Eropa terkontraksi lebih lambat dibanding perkiraan pada bulan Juli.
Post a Comment