Defisit Anggaran Federal Membengkak (14 Juli 2009)
Defisit anggaran pemerintah Amerika terus membengkak pada bulan Juni lalu. Departemen Keuangan Amerika kemarin mengumumkan defisit anggaran meningkat menjadi $94.32 milyar sekaligus merupakan defisit selama sembilan bulan berturut-turut. Defisit anggaran tersebut kontras dengan kondisi anggaran bulan Juni tahun 2008 dimana anggaran pemerintah Amerika mencatat surplus sebesar $33.55 milyar. Selama 9 bulan tahun fiskal 2009, pemerintah Amerika telah membukukan defisit hingga $1.086 triliun jauh lebih kecil dibanding defisit pada periode yang sama tahun lalu yang hanya membukukan defisit sebesar $285.85 milyar.
Pejabat di Departemen Keuangan menyatkan besaran defisit anggaran Federal bulan Juni tersebut bukan meruakan defisit terbesar sepanjang sejarah. Defisit bulanan terbesar terjadi pada bulan Februari lalu saat pemerintah Federal membukukan defisit hingga $194 milyar. Namun analis menyatakan total defisit dalam 9 bulan terakhir ($1.086 triliun) merupakan defisit terbesar sejak PD II dan diperkirakan akant erus meningkat dalam jangka menengah seiring meningkatnya defisit dan kondisi ekonomi diperkirakan masih belum pulih. Tingginya defisit anggaran Federal menegaskan tajamnya deteriorasi dalam kondisi fiskal Amerika.
Resesi ekonomi yang merupakan resesi terdalam sejak great deterioration tahun 1930-an dan hubungannya dengan langkah penyelamatan pemerintah menempatkan defisit anggaran pada jalur menuju defisit yang lebih panjang pada beberapa bulan mendatang. Rekor defisit terpanjang selama ini selama 11 bulan berturut-turut. Artinya, jika defisit anggaran pemerintah federal berlanjut melebihi 3 bulan kedepan, maka defisit kali ini telah merupakan defisit terpanjang sepanjang sejarah.
Ekonomi Wall Street melihat defisit akan terus meningkat, sebagian ekonomi yakin defisit anggaran tahun 2009 akan mencapai $1.5 triliun seiring meningkatnya pengangguran dan perekrutan tenaga kerja tetap rendah seiring ekonomi Amerika berusaha memasuki fase pertumbuhan dari resesi. Biasanya, bulan Juni meruapkan bulan dimana anggaran pemerintah Amerika membukukan surplus. Perbedaannya dengan tahun ini adalah bahwa negara (Amerika) kini tengah berusaha membawa ekonomi keluar dari resesi melalui serangkaian program yang memakan banyak biaya. Pemerintah Amerika telahmenganggarakan $700 milyar untuk penyelamatan aset-aset melalui the Troubled Asset Relief Program (TARP) dan $787 milyar paket stimulus yang didesain sebagai bagian untuk membantu masyarkat kembali mendapatkan pekerjaan.
US Dollar Tertekan
Namun membengkaknya defisit anggaran pemerintah Federal Amerika tidak memberi pengaruh signfikan terhadap aktivitas perdagangan di pasar mata uang asing. Membengkaknya defisit anggaran pemerintah Amerika yang merupakan bukti akan terganggunya proses pemuluhan ekonomi global tidak menjadi alasan bagi investor untuk melepas aset-aset beresiko (risk aversion) dan memburu aset-aset maupun mata uang aman. Pada perdagangan kemarin aktivitas perdagangan beresiko justru meningkat dimana investor kembali memburu aset-aset beresiko dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) dan melepas aset-aset maupun mata uang aman.
Minat investor terhadap aset-aset beresiko meningkat dibalik harapan bahaw laporan perolehan keuntungan perusahaan-perusahaan Amerika tidak akan seburuk yang diperkirakan. Optimisme pasar terhadap perolehan keuntungan perusahaan Amerika meningkat setelah seorang anails perbankan meningkatkan peringkat saham Goldman Sachs. Goldman Sachs Group, JPMOrgan Case & CO, dan Citigroup Inc akan menyampaikan laporan keuntungannya pekan ini. Ekspektasi membaiknya laporan keuntungan dari sektor perbankan mendorong indeks saham Dow Jones menguat pada perdagangan kemarin.
Kembali meningkatnya minat investor terhadap perdagangan beresiko (risk appetiet) yang diikuti dengan berkurangnya permintaan terhadap aset-aset maupun mata uang aman menekan US dollar melemah terhadap mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi. Terhadap sterling, setelah menguat menembus level tertingginya akir pekan lalu ke $1.6035, US dollar kembali tertekan menembus level penutupan akhir pekan ke $1.6238. Di sisi lain, US dollar berhasil menguat terhadap mata uang dengan imbal hasil paling rendah, yen. Setelah tertekan ke level terendah sejak pertengahan Februari ke ¥91.72, US dollar rebound, menguat mendekati level tetertinggi akhir pekan lalu.
Selain ditopang oleh meningkatnya outlook keuntungan sektor perbankan Amerika, minat investor terhadap aset-aset beresiko juga meningkat menyusul pernyataan Presiden ECB Jean Claude Trichet yang sedikit lebih optimis berkenaan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa akhir tahun ini. Namun buruknya data tenaga kerja dan sentimen konsumen yang dirilis pekan lalu masih membayangi gairah investor. Trader menyatakan setiap orang lebih berhati-hati pada kondisi ekonomi dan laporan keuntungan perusahaan. Di kalangan para pelaku pasar, investor melihat lebih pesimis terhadap ekonomi kuartal ketiga dan keempat. Menteri keuangan Amerika Timothy Geithner menyatakan bahwa pemulihan ekonomi global masih menghadapi rintangan, namun dia menambahkan adanya peluang yang baik bagi Amerika dan ekonomi negara-negara besar akan mulai tumbuh setelah dua kuartal mendatang.
Pejabat di Departemen Keuangan menyatkan besaran defisit anggaran Federal bulan Juni tersebut bukan meruakan defisit terbesar sepanjang sejarah. Defisit bulanan terbesar terjadi pada bulan Februari lalu saat pemerintah Federal membukukan defisit hingga $194 milyar. Namun analis menyatakan total defisit dalam 9 bulan terakhir ($1.086 triliun) merupakan defisit terbesar sejak PD II dan diperkirakan akant erus meningkat dalam jangka menengah seiring meningkatnya defisit dan kondisi ekonomi diperkirakan masih belum pulih. Tingginya defisit anggaran Federal menegaskan tajamnya deteriorasi dalam kondisi fiskal Amerika.
Resesi ekonomi yang merupakan resesi terdalam sejak great deterioration tahun 1930-an dan hubungannya dengan langkah penyelamatan pemerintah menempatkan defisit anggaran pada jalur menuju defisit yang lebih panjang pada beberapa bulan mendatang. Rekor defisit terpanjang selama ini selama 11 bulan berturut-turut. Artinya, jika defisit anggaran pemerintah federal berlanjut melebihi 3 bulan kedepan, maka defisit kali ini telah merupakan defisit terpanjang sepanjang sejarah.
Ekonomi Wall Street melihat defisit akan terus meningkat, sebagian ekonomi yakin defisit anggaran tahun 2009 akan mencapai $1.5 triliun seiring meningkatnya pengangguran dan perekrutan tenaga kerja tetap rendah seiring ekonomi Amerika berusaha memasuki fase pertumbuhan dari resesi. Biasanya, bulan Juni meruapkan bulan dimana anggaran pemerintah Amerika membukukan surplus. Perbedaannya dengan tahun ini adalah bahwa negara (Amerika) kini tengah berusaha membawa ekonomi keluar dari resesi melalui serangkaian program yang memakan banyak biaya. Pemerintah Amerika telahmenganggarakan $700 milyar untuk penyelamatan aset-aset melalui the Troubled Asset Relief Program (TARP) dan $787 milyar paket stimulus yang didesain sebagai bagian untuk membantu masyarkat kembali mendapatkan pekerjaan.
US Dollar Tertekan
Namun membengkaknya defisit anggaran pemerintah Federal Amerika tidak memberi pengaruh signfikan terhadap aktivitas perdagangan di pasar mata uang asing. Membengkaknya defisit anggaran pemerintah Amerika yang merupakan bukti akan terganggunya proses pemuluhan ekonomi global tidak menjadi alasan bagi investor untuk melepas aset-aset beresiko (risk aversion) dan memburu aset-aset maupun mata uang aman. Pada perdagangan kemarin aktivitas perdagangan beresiko justru meningkat dimana investor kembali memburu aset-aset beresiko dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) dan melepas aset-aset maupun mata uang aman.
Minat investor terhadap aset-aset beresiko meningkat dibalik harapan bahaw laporan perolehan keuntungan perusahaan-perusahaan Amerika tidak akan seburuk yang diperkirakan. Optimisme pasar terhadap perolehan keuntungan perusahaan Amerika meningkat setelah seorang anails perbankan meningkatkan peringkat saham Goldman Sachs. Goldman Sachs Group, JPMOrgan Case & CO, dan Citigroup Inc akan menyampaikan laporan keuntungannya pekan ini. Ekspektasi membaiknya laporan keuntungan dari sektor perbankan mendorong indeks saham Dow Jones menguat pada perdagangan kemarin.
Kembali meningkatnya minat investor terhadap perdagangan beresiko (risk appetiet) yang diikuti dengan berkurangnya permintaan terhadap aset-aset maupun mata uang aman menekan US dollar melemah terhadap mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi. Terhadap sterling, setelah menguat menembus level tertingginya akir pekan lalu ke $1.6035, US dollar kembali tertekan menembus level penutupan akhir pekan ke $1.6238. Di sisi lain, US dollar berhasil menguat terhadap mata uang dengan imbal hasil paling rendah, yen. Setelah tertekan ke level terendah sejak pertengahan Februari ke ¥91.72, US dollar rebound, menguat mendekati level tetertinggi akhir pekan lalu.
Selain ditopang oleh meningkatnya outlook keuntungan sektor perbankan Amerika, minat investor terhadap aset-aset beresiko juga meningkat menyusul pernyataan Presiden ECB Jean Claude Trichet yang sedikit lebih optimis berkenaan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa akhir tahun ini. Namun buruknya data tenaga kerja dan sentimen konsumen yang dirilis pekan lalu masih membayangi gairah investor. Trader menyatakan setiap orang lebih berhati-hati pada kondisi ekonomi dan laporan keuntungan perusahaan. Di kalangan para pelaku pasar, investor melihat lebih pesimis terhadap ekonomi kuartal ketiga dan keempat. Menteri keuangan Amerika Timothy Geithner menyatakan bahwa pemulihan ekonomi global masih menghadapi rintangan, namun dia menambahkan adanya peluang yang baik bagi Amerika dan ekonomi negara-negara besar akan mulai tumbuh setelah dua kuartal mendatang.
Post a Comment