US Dollar Terpuruk Akibat Risk Appetite Meningkat Tajam (12 Juni 2009)
Minat investor terhadap aset-aset beresiko berdenominasi mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) meningkat tajam pada perdagangan hari Kamis kemarin. Seperti pada perdagangan-perdagangan sebelumnya, peningkatan minat investor terhadap aset-aset beresiko meningkat seiring dengan meningkatnya optimisme pemulihan ekonomi global. Beralihnya arah investasi dari US dollar sebagai mata uang aman kedalam aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi melepas aset-aset maupun mata uang aman menjadi trigger pelemahan kedua mata uang aman tersebut.
Risk appetite mengalami peningkatan sangat signifikan menyusul peningkatan pada beberapa data indikator ekonomi Amerika yang dirilis kemarin. Dua data fundamental ekonomi yang mendapat perhatian sangat besar dari para pelaku pasar sebagai barometer pemulihan ekonomi Amerika yang sekaligus sebagai barometer pemulihan ekonomi global adalah data penjualan eceran (retail sales) dan data tenaga kerja (jobless claims). Biro Sensus Departemen Perdagangan Amerika kemarin mengumumkan total penjualan eceran (retail sales) bulan Mei meningkat 0.5% menjadi 339,993 dibanding revisi meningkat bulan sebelumnya yang turun (minus) 0.2% (MoM), sesuai dengan median forecast polling Reuters. Peningkatan juga terjadi pada penjualan eceran di luar otomotif dan suku cadangnya (retail sales X) yang meningkat 0.5% pada bulan Mei dibanding revisi meningkat bulan sebelumnya yang turun (minus) 0.2% (MoM). Dari sektor tenaga keja, peningkatan juga tergambar dari berkurangnya jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (initial jobless claims) pekan lalu yang turun menjadi 601.000 penduduk dibanding revisi pekan sebelumnya sebanyak 625.000 penduduk.
Data penjualan eceran (retail sales) dan tenaga kerja (initial jobless claims) menjadi salah satu data fundamental ekonmi vital mengingat kedua data tersebut menunjukan daya beli masyarakat sekaligus sebagai barometer kepercayaan masyarakat terhadap masa depan ekonomi. Meningkatnya aktivitas belanja masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hariannya menunjukan meningkatnya daya beli. Dalam hubungannya dengan kepercayaan masyarakat, meningkatnya aktivitas belanja masyarakat mengindikasikan meningkatnya kepercayaan mereka terhadap kondisi ekonomi saat ini dan masa mendatang (consumer confidence). Tingkat belanja masyarakat akan meningkat pada saat kepercayaan mereka terhadap ekonomi juga meningkat. Sebaliknya, jika tingkat kepercayaan terhadap ekonomi turun, maka masyarakat akan lebih cenderung mengalokasikan pendapatannya kedalam tabungan dibanding berbelanja.
Optimisme pemulihan ekonomi global kian mengental setelah lembaga moneter internasional (IMF) meningkatkan estimasi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2010 menjadi 2.4% dari 1.9% estimasi bulan April lalu. Ditingkatkannya estimasi pertumbuhan ekonomi global oleh IMF didasari oleh ekspektasi akan mulai nampaknya pengaruh dari kebijakan-kebijakan stimulus dari berbagai negara beberapa bulan terakhir. Pemulihan akan terjadi secara bertahap. Namun IMF memertahankan estimasi untuk tahun ini dimana ekonomi global diperkirakan terkontraksi 1.3%.
Pada perdagangan hari Kamis kemarin, US dollar tertekan terhadap segenap mata uang utama lainnya termasuk terhadap yen. Indeks dollar <=USD> yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner utama perdagangannya tertekan ke level terendah pekan ini ke 79.193, terkoreksi dari level tertinggi sejak 20 Mei di 81.466 awal pekan lalu. Terhadap mata uang utama lainnya, pelemahan US dollar terutama terjadi terhadap sterling dan aussie. US dollar kembali tertekan mendekati level terendah selama 7½ bulan $1.6661 tertekan hingga $1.6621. Pelemahan US dollar terhadap sterling juga dipicu oleh meningkatnya optimisme pemulihan ekonomi Inggris menyusul meningkatnya serangkaian data fundamental ekonomi Inggris serta meredanya ketidakpastian politik setelah partai berkuasa di Inggris (partai buruh) menyatakan memberi dukungannya bagi pemerintahan PM Gordon Brown.
Terhadap aussie, US dollar tertekan mendekati level terendahnya selama lebih dari 8 bulan di $0.8263 melemah hingga $0.8236. Perbedaan suku bunga antara aussie sebesar 3.0% dengan yen 0.1% dan US dollar 0.25% menjanjikan keuntungan yang sangat besar bagi investor dalam carry trade. Selain itu, pelemahan US dollar terhadap aussie juga dipicu oleh kembali meningkatnya harga minyak dan komoditi dunia. Harga minyak mentah jenis crude light di bursa New York kemarin meningkat menyentuh angka $73.23 per barel. Terhadap mata uang utama lainnya, US dollar tertekan ke level terendah selama 6½ bulan terhadap euro ke $1.4177 dan ke level terendah selama 1 pekan terhadap Swiss franc ke CHF 1.0652.
Selain meningkatnya risk appetite, perhatian invstor terhadap gelembung defisit anggaran Amerika dan terus meningkatnya imbal hasil obligasi jangka panjang pemerintah Amerika masih menjadi faktor lain pemicu pelemahan US dollar. Terus meningkatnya imbal hasil surat utang pemeringah menyebabkan semakin besarnya beban bunga yang harus dibayarkan. Hari Rabu lalu, imbal hasil obligasi 10-tahun menyentuh angka 4%, level tertinggi sejak Oktober tahun lalu. Hari Kamis kemarin, Departemen Keuangan Amerika kembali melelang obligasi jangka panjang bertenor 30 tahun senilai $11 milyar. Sepanjag tahun ini, pemerintah Amerika merencanakan untuk menerbitkan surat utang senilai total $2 triliun. Analis menyatakan meskipun permintaan terhadap obligasi jangka pendek pemerintah Amerika masih cukup kuat, namun investor asing mengkhawatirkan defisit anggaran yang lebih tinggi dan inflasi.
Isu lain yang turut memberi kontribusi terhadap pelemahan US dollar adalah rencana diversifikasi cadangan devisa asing oleh beberapa bank sentral. Bank sentral Rusia hari Rabu lalu menyatakan pihaknya akan mendiversifikasikan cadangan devisanya keluar dari produk-produk treasury Amerika, sebuah langkah yang kemungkinan akan menjadi fokus pembicaraan saat negara-negara berkembang besar bertemu di Moskow pekan depan. Dominique Strauss, Managing Dierctor IMF menyatakan Rusia dan Brazil telah mengumumkan rencana untuk membeli obligasi dari lembaga moneter internasional (IMF) dan China diperkirakan akan membeli sekitar $50 milyar obligasi serupa.
Risk appetite mengalami peningkatan sangat signifikan menyusul peningkatan pada beberapa data indikator ekonomi Amerika yang dirilis kemarin. Dua data fundamental ekonomi yang mendapat perhatian sangat besar dari para pelaku pasar sebagai barometer pemulihan ekonomi Amerika yang sekaligus sebagai barometer pemulihan ekonomi global adalah data penjualan eceran (retail sales) dan data tenaga kerja (jobless claims). Biro Sensus Departemen Perdagangan Amerika kemarin mengumumkan total penjualan eceran (retail sales) bulan Mei meningkat 0.5% menjadi 339,993 dibanding revisi meningkat bulan sebelumnya yang turun (minus) 0.2% (MoM), sesuai dengan median forecast polling Reuters. Peningkatan juga terjadi pada penjualan eceran di luar otomotif dan suku cadangnya (retail sales X) yang meningkat 0.5% pada bulan Mei dibanding revisi meningkat bulan sebelumnya yang turun (minus) 0.2% (MoM). Dari sektor tenaga keja, peningkatan juga tergambar dari berkurangnya jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (initial jobless claims) pekan lalu yang turun menjadi 601.000 penduduk dibanding revisi pekan sebelumnya sebanyak 625.000 penduduk.
Data penjualan eceran (retail sales) dan tenaga kerja (initial jobless claims) menjadi salah satu data fundamental ekonmi vital mengingat kedua data tersebut menunjukan daya beli masyarakat sekaligus sebagai barometer kepercayaan masyarakat terhadap masa depan ekonomi. Meningkatnya aktivitas belanja masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hariannya menunjukan meningkatnya daya beli. Dalam hubungannya dengan kepercayaan masyarakat, meningkatnya aktivitas belanja masyarakat mengindikasikan meningkatnya kepercayaan mereka terhadap kondisi ekonomi saat ini dan masa mendatang (consumer confidence). Tingkat belanja masyarakat akan meningkat pada saat kepercayaan mereka terhadap ekonomi juga meningkat. Sebaliknya, jika tingkat kepercayaan terhadap ekonomi turun, maka masyarakat akan lebih cenderung mengalokasikan pendapatannya kedalam tabungan dibanding berbelanja.
Optimisme pemulihan ekonomi global kian mengental setelah lembaga moneter internasional (IMF) meningkatkan estimasi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2010 menjadi 2.4% dari 1.9% estimasi bulan April lalu. Ditingkatkannya estimasi pertumbuhan ekonomi global oleh IMF didasari oleh ekspektasi akan mulai nampaknya pengaruh dari kebijakan-kebijakan stimulus dari berbagai negara beberapa bulan terakhir. Pemulihan akan terjadi secara bertahap. Namun IMF memertahankan estimasi untuk tahun ini dimana ekonomi global diperkirakan terkontraksi 1.3%.
Pada perdagangan hari Kamis kemarin, US dollar tertekan terhadap segenap mata uang utama lainnya termasuk terhadap yen. Indeks dollar <=USD> yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner utama perdagangannya tertekan ke level terendah pekan ini ke 79.193, terkoreksi dari level tertinggi sejak 20 Mei di 81.466 awal pekan lalu. Terhadap mata uang utama lainnya, pelemahan US dollar terutama terjadi terhadap sterling dan aussie. US dollar kembali tertekan mendekati level terendah selama 7½ bulan $1.6661 tertekan hingga $1.6621. Pelemahan US dollar terhadap sterling juga dipicu oleh meningkatnya optimisme pemulihan ekonomi Inggris menyusul meningkatnya serangkaian data fundamental ekonomi Inggris serta meredanya ketidakpastian politik setelah partai berkuasa di Inggris (partai buruh) menyatakan memberi dukungannya bagi pemerintahan PM Gordon Brown.
Terhadap aussie, US dollar tertekan mendekati level terendahnya selama lebih dari 8 bulan di $0.8263 melemah hingga $0.8236. Perbedaan suku bunga antara aussie sebesar 3.0% dengan yen 0.1% dan US dollar 0.25% menjanjikan keuntungan yang sangat besar bagi investor dalam carry trade. Selain itu, pelemahan US dollar terhadap aussie juga dipicu oleh kembali meningkatnya harga minyak dan komoditi dunia. Harga minyak mentah jenis crude light di bursa New York kemarin meningkat menyentuh angka $73.23 per barel. Terhadap mata uang utama lainnya, US dollar tertekan ke level terendah selama 6½ bulan terhadap euro ke $1.4177 dan ke level terendah selama 1 pekan terhadap Swiss franc ke CHF 1.0652.
Selain meningkatnya risk appetite, perhatian invstor terhadap gelembung defisit anggaran Amerika dan terus meningkatnya imbal hasil obligasi jangka panjang pemerintah Amerika masih menjadi faktor lain pemicu pelemahan US dollar. Terus meningkatnya imbal hasil surat utang pemeringah menyebabkan semakin besarnya beban bunga yang harus dibayarkan. Hari Rabu lalu, imbal hasil obligasi 10-tahun menyentuh angka 4%, level tertinggi sejak Oktober tahun lalu. Hari Kamis kemarin, Departemen Keuangan Amerika kembali melelang obligasi jangka panjang bertenor 30 tahun senilai $11 milyar. Sepanjag tahun ini, pemerintah Amerika merencanakan untuk menerbitkan surat utang senilai total $2 triliun. Analis menyatakan meskipun permintaan terhadap obligasi jangka pendek pemerintah Amerika masih cukup kuat, namun investor asing mengkhawatirkan defisit anggaran yang lebih tinggi dan inflasi.
Isu lain yang turut memberi kontribusi terhadap pelemahan US dollar adalah rencana diversifikasi cadangan devisa asing oleh beberapa bank sentral. Bank sentral Rusia hari Rabu lalu menyatakan pihaknya akan mendiversifikasikan cadangan devisanya keluar dari produk-produk treasury Amerika, sebuah langkah yang kemungkinan akan menjadi fokus pembicaraan saat negara-negara berkembang besar bertemu di Moskow pekan depan. Dominique Strauss, Managing Dierctor IMF menyatakan Rusia dan Brazil telah mengumumkan rencana untuk membeli obligasi dari lembaga moneter internasional (IMF) dan China diperkirakan akan membeli sekitar $50 milyar obligasi serupa.
Post a Comment