Global Finance

24hour-open.blogspot.com

Status US Dollar Sebagai Mata Uang Cadangan Devisa Global Kembali Terancam (27 Juni 2009)

Pembicaraan mengenai perlu atau tidaknya dibentuk mata uang supranational sebagai mata uang alternatif cadangan devisa global selain US dollar masih berlanjut. Isu pembentukan mata uang supranational yang didengungkan 4 negara-negara berkembang terbesar dunia yang tergabung dalam BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) beberapa pekan lalu mengemuka sebagai bentuk ketidakpercayaan mereka terhadap US dollar. Sebagai pemegang aset-aset US dollar terbesar, keempat negara tersebut mengkhawatirkan keamanan investasinya dalam aset-aset treasury permintah Amerika menyusul menggelembungnya utang pemerintah Amerika. Defisit anggaran pemerintah Amerika yang mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah $1.8 triliun mendorong pemerintah untuk menyerap dana investasi asing melalui pelelangan surat utang pemerintah (obligasi). Dalam dua pekan terakhir pemerintah Amerika telah melelang surat-surat utang mulai dari tenor 2, 5, 7 dan 10 tahun dengan total nilai mencapai $169 milyar.

Pembahasan mengenai pembentukan mata uang supranatural digelar BRIC dua pekan lalu di Rusia. Dalam pertemuan di Rusia tersebut, BRIC yang dimotori oleh Rusia meminta peran lebih besar bagi negara-negara berkembang dalam institusi-institusi finansial internasional. Dalam pernyataan bersama pasca pertemuan di Rusia, BRIC menyatakan mereka sepakat untuk mempercepat reformasi institusi-institusi finansial internasional sehingga merefleksikan perubahan dalam ekonomi dunia. Negara-negara berkembang dan ekonomi yang tengah membangun harus memiliki suara lebih besar dan representatif dalam institusi-institusi finansial internasional. BRIC menegaskan pihaknya yakin bahwa ada kebutuhan yang sangat besar bagi sistem moneter internasional yang stabil, dapat diprediksi, dan terdiversifikasi. BRIC mengancam akan mendiversifikasikan sebagian cadangan devisa asingnya dari aset-aset berdenominasi US dollar kedalam aset-aset lainnya. Salah satu aset yang disebut-sebut sebagai alternatif cadangan devisa asing mereka (BRIC) adalah Special Drawing Rights (SDRs) yang dikeluarkan oleh lembaga moneter internasional, IMF.

Dalam perjalanannya, isu pengalihan dana cadangan devisa oleh bank-bank sentral negara-negara berkembang tersebut mengalami pasang surut. Sehari menjelang pertemuan BRIC di Rusia, berbicara dalam pertemuan negara-negara G8 Menteri Keuangan Rusia Alexei Kurdin bahwa negaranya (Rusia) sepenuhnya yakin terhadap mata uang Amerika. Secara tegas Kurdin menyatakan status US dollar sebagai mata uang cadangan devisa utama dunia nampaknya tidak akan tergantikan dalam jangka menengah. Sebelumnya, pernyataan serupa juga dilontarkan menteri keuangan Jepang Kaoru Yosano yang menyatakan bahwa kepercayaan negaranya terhadap surat utang Amerika tidak tergoyahkan dan status mata uangnya (US dollar) sebagai masih aman.

Akhir pekan kemarin, keinginan untuk membangun mata uang supranational kembali mengemuka menyusul pernytaan dari bank sentral China (People’s Bank of China atau PBoC) bahwa lembaga moneter internasional (IMF) sebagiknya memanage lebih banyak anggota-anggota cadangan mata uang asing. PBoC menyatakan untuk menghindari defisiensi dalam mata uang cadangan devisa utama, perlu dibangun suatu mata uang baru yang terhindari dari ekonomi negara yang mengeluarkannya. Presiden Rusia Dmitry Medvedev 5 Juni lalu mengusulkan negara-negara BRIC untuk menggunakan campuran mata uang regional sebagai cadangan devisa asing guna mengurangi ketergantungan terhadap US dollar.

Analis menyatakan keinginan negara-negara berkembang terbesar tersebut kemungkinan mengindikasikan ketegangan antara perhatian BBoC terhadap ekonomi seputar kepemilikan US dollar oleh China dan alasan diplomatik pemerintah China untuk melakukan hal tersebut. China merupakan negara pemegang aset-aset treasury Amerika terbesar dunia dengan nilai kepemilikan mencapai $763.5 milyar pada bulan April lalu. Pernyataan PBoC tersebut dapat diartikan sebagai bentuk ketidak percayaan mereka terhadap US dollar sebagai mata uang cadangan devisa global.

Kembali dipertanyakannya status US dollar sebagai mata uang cadangan devisa global mendorong investor kembali menarik dana investasinya dari aset-set berdenominasi US dollar dan mengalihkannya kedalam aset-aset beresiko dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) sekaligus menjadi trigger pelemahan US dollar di akhir pekan. Indeks dollar , indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partener perdagangan utamanya, kembali tertekan ke area di bawah 80 ke level terendah selama 2 pekan ke 79.611. Terhadap mata uang utama lainnya, US dollar tertekan menembus area $1.41 terhadap euro dan berpotensi membukukan penurunan mingguan terbesar bulan ini. Terhadap sterling, US dollar terkoreksi dari level tertingginya pekan lalu di $1.6206 tertekan hingga $1.6560 dan berpotensi membukukan penurunan mingguan selama 3 pekan berturut-turut. Terhadap aussie, US dollar terkoreksi dari level tertingginya bulan ini di $0.7782 melemah hingga $0.8088. Kuatnya sentimen negatif terhadap US dollar menekan US dollar melemah terhadap Swiss franc ditengah ancaman intervensi oleh bank sentral Swiss (SNB). US dollar terkoreksi dari level tertingginya selama lebih dari 1 bulan terhadap Swiss franc di CHF 1.1020 hari Rabu lalu tertekan hingga CHF 1.0797.

Post Your Comment

Bookmark and Share

24hour-open.blogspot.com © 2008 Template by Dicas Blogger Supplied by Best Blogger Templates

TOPO  

ss_blog_claim=47e60104227066d1213fd65a935f64ca