Global Finance

24hour-open.blogspot.com

Inflasi Amerika Bulan Mei Sedikit Meningkat, Defisit Current Account Menyempit (18 Juni 2009)

Biaya hidup di Amerika (inflasi) bulan Mei mengalami sedikit peningkatan dibanding bulan sebelumnya (MoM). Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) Departemen Tenaga Kerja Amerika kemarin mengumumkan indeks harga konsumen (CPI) bulan Mei meningkat 0.1% setelah tidak mengalami perubahan (0.0%) pada bulan sebelumnya, namun jauh di bawah median forecast polling Reuters yang memperkirakan meningkat 0.3%. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, (YoY), tingkat inflasi konsumen turun 1.3%, penurunan terbesar sejak 1950.

Tinginya harga komoditi, termasuk minyak, kemungkinan akan menahan belanja masyarakat Amerika di saat ekonomi menunjukan indikasi mengindikasikan mulai stabil. Rendanya peningkatan dalam penjualan menjadi alasan perusahaan-perusahaan mendapat kesulitan untuk menekan meingkatnya biaya bagi konsumen. Di luar energi dan makanan (CPI X), biaya hidup masyarakat Amerika juga meningkat 0.1% (MoM) setelah meningkat 0.3% pada bulan sebelumnya, peningkatan terkecil sejak Desember 2008.

Menanggapi peningkatan inflasi tersebut, Tim Ghriskey, kepala investasi Solaris Asset Management menyatakan “Kekhawatiran yang dirasakan setiap orang mengenai inflasi, merupakan sesuatu yang mungkin terjadi, dan secara pasti bukan sebagai sebuah ancaman dalam jangka pendek terhadap ekonomi”. Ghriskey menambahkan : "Clearly the Fed sees it that way as well and we expect when the Fed does speak, they will reinforce the fact that inflation is not an issue".

Peningkatan inflasi Amerika yang lebih kecil dari perkiraan mendorong investor mengkaji ulang spekulasi bahwa the Federal Reserve akan menaikan suku bunganya dalam waktu dekat. Spekulasi kenaikan suku bunga the Fed mengemuka beberapa waktu lalu menyusul penguatan di pasar modal pada beberapa bulan terakhir dan data tenaga kerja yang lebih baik dibanding perkiraan mendorong ekspektasi resesi Amerika akan berakhir tahun ini dan suku bunga akan meningkat lebih cepat dibanding perkiraan sebelumnya. Rilisan data inflasi kemarin kembali mengingatkan para pelaku pasar bahwa inflasi masih tidak menjadi kekhawatiran saat ini, sehingga mereka mengkaji ulang ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga the Fed. Bagi US dollar, hal tersebut berarti hilangnya sebuah elemen pendukung bagi US dollar. Analis melihat dollar melemah dikarenakan pemikiran bahwa inflasi tidak cukup manis saat ini, dan hal tersebut nampak sebagai term positif outlook pertumbuhan dan risk appetite. Recovery di pasar saham Amerika juga menjadi pendorong risk appetite secara umum dan mengurangi permintaan terhadap US dollar sebagai mata uang aman.

Optimisme di pasar mata uang juga diperkuat dengan laporan yang menunjukan defisit rekening koran Amerika menyempit pad kuartal pertama tahun ini. Departemen Perdagangan mengumumkan defisit rekening koran (current account) Amerika pada kuartal pertama tahun ini berkurang menjadi $101.5 milyar, defisit terkecil sejak kuartal terakhir tahun 2001, dibanding revisi meningkat defisit pada kuartal terakhir tahun lalu. Dibanding pendapatan domestik bruto (GDP), rekening koran kuartal pertama tahun ini setara dengan 2.9% GDP, turun tajam dari 4.4% pada kuartal terakhir tahun lalu, dan merupakan level terendah sejak 2.8% pada kuartal pertama tahun 1999. Rekening koran (current acoount) merupakan ukuran paling besar total perdagangan Amerika yang meliputi barang, jasa, serta transfer pendapatan. Nilai ekspor dan impor Amerika turun pada kuartal peratma seiring dalamnya resesi global yang menekan permintaan konsumen dan menekan perdagangan.

Defisit rekening koran Amerika, meskipun lebih tinggi dari perkiraan, terus mengalami penyusutan secara cepat. Kondisi tersebut secara tidak langsung mengimplikasikan bahwa Amerika hanya perlu sedikit pinjaman dari negara-negara lainnya untuk mendanai defisit perdagangannya dan merupakan sentimen positif bagi US dollar dalam jangka panjang. Beberapa analis percaya optimisme mengenai pemulihan ekonomi global yang mengemuka belakangan ini terlalu cepat, dan ini terbukti dari pergerakan harga mata uang komoditi seperti dollar Australia dan Selandia Baru yang gagal mencoba kembali ke level tertingginya tahun ini. Para pelaku pasar mulai percaya bahwa rally pada kedua mata uang tesebut sejak Mei lalu merupakan suatu kesalahan.

Pasca rilisan data inflasi, US dollar kembali tertekan setelah sempat menguat pada perdagangan Eropa. Indeks dollar tertekan ke level terendah pekan ini ke 80.062, terkoreksi dari level tertinggi selama 1 pekan di 81.368 awal pekan lalu. Terhadap mata uang utama lainnya, US dollar terekan hingga $1.3984 terhadap euro terkoreksi dari level tertingginya selama hampir 4 pekan di $1.3747 hari Selasa lalu. Terhadap sterling, US dollar terkoreksi dari level tertingginya selama 1 pekan di $1.6213 hari Selasa lalu tertekan hingga $1.6481, terkoreksi dari level tertingginya selama lebih dari 1 pekan terhadap Swiss franc di CHF 1.0956, tertekan hingga CHF 1.0766. US dollar juga teus tertekan terhadap mata uang dengan imbal hasil paling rendah, yen, tertekan ke level terendah selama 2 pekan ke ¥95.53, terkoreksi dari level tertingginya selama lebih dari 1 pekan ¥98.57 awal pekan lalu. Yen juga menguat terhadap mata uang utama lainnya, menguat ke level tertinggi selama hampir 3 pekan terhadap euro dan Swiss franc ke ¥132.35 dan ¥87.95, ke level tertinggi sejak 8 Juni terhadap sterling ke ¥155.64, dan ke level tertinggi bulan ini terhadap aussie ke ¥75.22.

Post Your Comment

Bookmark and Share

24hour-open.blogspot.com © 2008 Template by Dicas Blogger Supplied by Best Blogger Templates

TOPO  

ss_blog_claim=47e60104227066d1213fd65a935f64ca