Deteriorasi Ekonomi Diperkirakan Telah Surut; Swiss Franc Tertekan (26 Juni 2009)
Pernyataan bank sentral Amerika, the Federal Reserve, dalam konferensi pers pasca dua hari FOMC meeting Kamis dini hari (WIB) yang menggambarkan bahwa kontraksi ekonomi terus mengalami penurunan terus berpengaruh terhadap aktivitas perdagangan di pasar mata uang asing (Forex) kemarin. Dalam siaran persnya the Fed menyatakan berdasarkan informasi yang diperoleh sejak pertemuan FOMC bulan April lalu meyakinkan bahwa kontraksi ekonomi mulai menurun dan kondisi di pasar finansial secara umum meningkat pada beberapa bulan terakhir. Pernyataan tersebut cukup ampuh untuk memperkuat optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global. Optimisme pasar kian solid setelah dalam siaran pers tersebut the Fed memutuskan tidak akan menambah alokasi dana bagi kebijakan inkonvensional yang telah diadopsinya sejak awal tahun ini sebesar $1.75 triliun.
Di kalangan investor di pasar mata uang asing, indikasi pemulihan ekonomi global dipandang sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan atas aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) dan mengurangi permintaan terhadap aset-aset maupun mata uang aman (US dollar). Aktivitas perdagangan beresiko (carry trade) kembali dijalankan investor seiring dengan penguatan yang terjadi di pasar modal (saham) Wall Street. Investor bahkan mengabaikan indikasi masih buruknya kondisi pasar tenaga kerja Amerika setelah Departemen Tenaga Kerja Amerika mengumumkan jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (initial jobless claims) pekan lalu hingga tanggal 20 Juni lalu mening kat lebih tinggi dari perkiraan.
Meningkatnya permintaan terhadap aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) menekan US dollar terkoreksi dari penguatan sebelumnya. Pelemahan US dollar terjadi memasuki sesi kedua perdagangan New York mengikis penguatan sebelumnya. Indeks dollar =USD> yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner perdagangan utamanya terkoreksi 0.35% ke 80.251 dari penutupan hari Rabu di 80.536 setelah sempat menguat hingga 80.912 pasca rilisan data tenaga kerja. US dollar melemah terhadap mata uang utama lainnya kecuali sterling yang berada dalam tekanan menyusul kekhawatiran terhadap outlook ekonomi Inggris. US dollar bahkan melemah terhadap Swiss franc yang sejak hari Rabu lalu tertekan menyusul pernyataan kepala bank sentral Swiss (SNB) yang mengindikasikan akan dilakukannya intervensi secara langsung ke pasar mata uang dengan menjual Swiss franc terutama terhadap euro dan US dollar guna menekan apresiasi Swiss franc yang dinilai irasional.
Sterling menjadi satu-satunya mata uang utama yang melemah terhadap US dollar hari Kamis kemarin. Kekhawatiran terhadap outlook ekonomi Inggris serta turunnya harga saham di buras London menjadi pemicu utama pelemahan sterling. perhatian terhadap kondisi ekonomi Inggris mengemuka hari Rabu lalu menyusul pernyataan dari para pejabat bank sentral Inggris (BoE) dan muramnya perkiraan ekonomi Inggris oleh OECD. Gubernur BoE Mervyn King hari Rabu lalu menyatakan pemulihan ekonomi kemungkinan akan memakan waktu yang panjang meskipun sejumlah data fundamental ekonomi terakhir menunjukan harapan lebih baik. Anggota MPC lainnya seperti Deputi Gubernur BoE Charles Bean juga mengekspresikan skeptismenya bahwa data-data terakhir bisa dibaca sebagai sebuah signal kuat bahwa ekonomi tengah keluar dari resesi. “Ini merupakan ketidakpastian yang sangat besar berkenaan kekuatan peningkatan (ekonomi), bukan hanya di sini (Inggris), tetapi juga di seluruh dunia”, tutur Bean.
Buruknya outlook ekonomi Inggris diperkuat dengan pernyataan the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang memperkirakan ekonomi Inggris akan terkontraksi 4.3% tahun ini, kontraksi terbesar sejak perang dunia ke II, dan stagnan pada tahun 2010. OECD menyatakan pemerintah Inggris hanya memiliki ruang yang sangat terbatas untuk memeblanjakan lebih banyak uang untuk meredam penurunan ekonomi, dan keampuhan kebbijakan longgar kuantitatif (quantitaive easing policy) BoE tidak jelas. Terus berlanjutnya penurunan sektor funansial, penurunan harga perumahan, penurunan ekonomi global, dan terseoknya pertumbuhan pendapatan masyarakat terproyeksikan pada muramnya output tahun 2009, seperti halnya di sebagian besar negara-negara OECD. OECD juga memperkirakan pengangguran di Inggris akan mencapai 10% tahun 2010 dari level saat ini 7.2%.
Di kalangan investor di pasar mata uang asing, indikasi pemulihan ekonomi global dipandang sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan atas aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) dan mengurangi permintaan terhadap aset-aset maupun mata uang aman (US dollar). Aktivitas perdagangan beresiko (carry trade) kembali dijalankan investor seiring dengan penguatan yang terjadi di pasar modal (saham) Wall Street. Investor bahkan mengabaikan indikasi masih buruknya kondisi pasar tenaga kerja Amerika setelah Departemen Tenaga Kerja Amerika mengumumkan jumlah penduduk yang untuk pertama kalinya mengajukan tunjangan pengangguran (initial jobless claims) pekan lalu hingga tanggal 20 Juni lalu mening kat lebih tinggi dari perkiraan.
Meningkatnya permintaan terhadap aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi (risk appetite) menekan US dollar terkoreksi dari penguatan sebelumnya. Pelemahan US dollar terjadi memasuki sesi kedua perdagangan New York mengikis penguatan sebelumnya. Indeks dollar =USD> yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 mata uang partner perdagangan utamanya terkoreksi 0.35% ke 80.251 dari penutupan hari Rabu di 80.536 setelah sempat menguat hingga 80.912 pasca rilisan data tenaga kerja. US dollar melemah terhadap mata uang utama lainnya kecuali sterling yang berada dalam tekanan menyusul kekhawatiran terhadap outlook ekonomi Inggris. US dollar bahkan melemah terhadap Swiss franc yang sejak hari Rabu lalu tertekan menyusul pernyataan kepala bank sentral Swiss (SNB) yang mengindikasikan akan dilakukannya intervensi secara langsung ke pasar mata uang dengan menjual Swiss franc terutama terhadap euro dan US dollar guna menekan apresiasi Swiss franc yang dinilai irasional.
Sterling menjadi satu-satunya mata uang utama yang melemah terhadap US dollar hari Kamis kemarin. Kekhawatiran terhadap outlook ekonomi Inggris serta turunnya harga saham di buras London menjadi pemicu utama pelemahan sterling. perhatian terhadap kondisi ekonomi Inggris mengemuka hari Rabu lalu menyusul pernyataan dari para pejabat bank sentral Inggris (BoE) dan muramnya perkiraan ekonomi Inggris oleh OECD. Gubernur BoE Mervyn King hari Rabu lalu menyatakan pemulihan ekonomi kemungkinan akan memakan waktu yang panjang meskipun sejumlah data fundamental ekonomi terakhir menunjukan harapan lebih baik. Anggota MPC lainnya seperti Deputi Gubernur BoE Charles Bean juga mengekspresikan skeptismenya bahwa data-data terakhir bisa dibaca sebagai sebuah signal kuat bahwa ekonomi tengah keluar dari resesi. “Ini merupakan ketidakpastian yang sangat besar berkenaan kekuatan peningkatan (ekonomi), bukan hanya di sini (Inggris), tetapi juga di seluruh dunia”, tutur Bean.
Buruknya outlook ekonomi Inggris diperkuat dengan pernyataan the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang memperkirakan ekonomi Inggris akan terkontraksi 4.3% tahun ini, kontraksi terbesar sejak perang dunia ke II, dan stagnan pada tahun 2010. OECD menyatakan pemerintah Inggris hanya memiliki ruang yang sangat terbatas untuk memeblanjakan lebih banyak uang untuk meredam penurunan ekonomi, dan keampuhan kebbijakan longgar kuantitatif (quantitaive easing policy) BoE tidak jelas. Terus berlanjutnya penurunan sektor funansial, penurunan harga perumahan, penurunan ekonomi global, dan terseoknya pertumbuhan pendapatan masyarakat terproyeksikan pada muramnya output tahun 2009, seperti halnya di sebagian besar negara-negara OECD. OECD juga memperkirakan pengangguran di Inggris akan mencapai 10% tahun 2010 dari level saat ini 7.2%.
Post a Comment