Ekonomi Jepang Keluar Dari Resesi (18 Agustus 2009)
Jepang menjadi negara industri pertama yang berhasil membawa ekonominya keluar dari Resesi. Ekonomi Jepang kembali ke fase pertumbuhan pada kuartal kedua tahun ini, membawanya keluar dari resesi terpanjang sejak perang dunia
ke-2. Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan pertama setelah tenggelam dalam fase kontraksi selama 5 kuartal berturut-turut. Meningkatnya permintaan global terhadap produk-produk industri Jepang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jepang.
Pemerintah Jepang kemarin mengumumkan ekonomi Jepang pada kuartal pertama (April – Juni) tumbuh 0.9% dibanding kuartal sebelumnya (QoQ) setelah terkontraksi 3.1% (revisi) kuartal sebelumnya. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), ekonomi Jepang tumbuh 3.7%, pertumbuhan tercepat sejak kuartal pertama 2008, setelah terkontraksi 11.7% (revisi) pada periode yang sama kuartal sebelumnya. Secara umum pertumbuhan tersebut mendekati ekspektasi pasar yang memperkirakan tumbuh 1.0% (QoQ) dan 3.9% (YoY). Dengan pertumbuhan tersebut, Jepang menjadi negara G7 pertama yang berhasil keuar dari resesi dibanding negara-negara besar lainnya seperti Amerika yang pada periode yang sama terkontraksi 0.3% dan Uni Eropa yang terkontraksi 0.1%. Perbandingan kondisi ekonomi ketiga negara dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Analis menyatakan pertumbuhan ekonomi Jepang ditopang oleh berbagai paket stimulus baik fiskal maupun moneter yang dilakukan pemerintah domestik (Jepang) maupun pemerintah negara-negara lainnya. Stimulus fiskal Jepang misalnya, membantu konsumsi domestik, yang memberi kontribusi sekitar 60% bagi ekonomi, meningkatkan 0.8% dan investasi publik meningkat 8.1%. Belanja modal (capital spending) turun 4.3%, lebih rendah dibanding ekspektasi ekonom yang memperkirakan turun 5.9%, namun merupakan penurunan selama 5 bulan berturut-turut. PM Jepang Taro Aso dalam sebuah debat dengan partai-partai rivalnya menyatakan figur positif tersebut merupakan hasil dari langkah-langkah pemerintah.
Permintaan dari luar negeri, neraca kesetimbangan antara ekspor dan impor, memberi kontribusi 1.6% bagi pertumbuhan GDP kuartal pertama. Peningkatan tersebut merupakan bagian dari paket stimulus yang diterapkan pemerintah di berbagai negara guna memerangi resesi global terutama China. Dari negara Amerika misalnya, paket stimulus ekonomi Amerika sebesar $787 milyar yang salah satunya dialokasikan untuk memberi potongan pajak bagi pembelian kendaraan mendongkrak penjualan kendaraan-kendaraan produksi Jepang di Amerika. Dari negara-negara regional, pemerintah China mengalokasikan $585 milyar dananya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jepang yang lebih ditopang oleh berbagai upaya pemerintahan di seluruh dunia berupa paket stimulus meimbulkan silang pendapat mengenai masa depan ekonomi Jepang. Sebagian analis optimis pertumbuhan di negara ekonomi terbesar ke-2 dunia tersebut akan berlanjut pada kuartal-kuartal selanjutnya seiring langkah perusahaan-perusahaan meningkatkan persediaan barang untuk eksport. Sementara sebagian nalis lainnya merasa kekhawatiran bahwa pertumbuhan yang hanya bertumpu pada paket stimulus jangka pendek akan menjadi jalan terjal bagi pertumbuhan ekonomi Jepang.
Mata Uang Aman Rally
Namun pertumbuhan ekonomi Jepang tidak memberi dampak signifikan terahdap sentimen perdagangan di pasar finansial. Indeks saham di bursa-bursa global termasuk di bursa Tokyo maupun Wall Street terpuruk pasca rilisan data GDP Jepang. Kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi Jepang akan terhambat seiring berkurangnya paket stimulus ekonomi global menekan indeks saham Nikkei terpuruk dengan penurunan harian terbesar dalam 4 bulan terakhir. Pasar finanisal nampaknya masih diseliuti kekhawatiran terhadap ancaman terhalangnya pemulihan ekonomi global menyusul rendahnya serangkaian data fundamental ekonomi vital dari Amerika seperti data sentimen konsumen (consumer sentiment) pekan lalu.
Kekhawatiran terhadap outlook pemulihan ekonomi global mendorong investor untuk melepas aset-aset beresiko dengan imbal hasil lebih tinggi (risk aversion) dan kembali memburu mata uang aman (US dollar dan yen). Indeks dollar <=USD> menguat ke level tertinggi bulan ini ke 79.512 dan yen menguat terhadap segenap mata uang utama lainnya termasuk terhadap US dollar. US dollar menguat ke level tertinggi sejak 30 Juli terhadap euro ke $1.4046, ke level tertinggi selama 1 bulan terhadap sterling ke $1.6277, ke level tertinggi sejak 12 Agustus terhadap Swiss franc ke CHF 1.0833, dan ke level tertinggi sejak 29 Juli ke $0.8156. Di sisi lain, yen menguat ke level tertinggi sejak 22 Juli terhadap euro dan sterling masing-masing ke ¥132.48 dan ke ¥153.40 , ke level tertinggi sejak 29 Juli terhadap US dollar dan aussie masing-masing ke ¥94.21 dan ¥77.03 , dan ke level tertinggi sejak 30 Juli terhadap Swiss franc ke ¥87.20.

Pemerintah Jepang kemarin mengumumkan ekonomi Jepang pada kuartal pertama (April – Juni) tumbuh 0.9% dibanding kuartal sebelumnya (QoQ) setelah terkontraksi 3.1% (revisi) kuartal sebelumnya. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), ekonomi Jepang tumbuh 3.7%, pertumbuhan tercepat sejak kuartal pertama 2008, setelah terkontraksi 11.7% (revisi) pada periode yang sama kuartal sebelumnya. Secara umum pertumbuhan tersebut mendekati ekspektasi pasar yang memperkirakan tumbuh 1.0% (QoQ) dan 3.9% (YoY). Dengan pertumbuhan tersebut, Jepang menjadi negara G7 pertama yang berhasil keuar dari resesi dibanding negara-negara besar lainnya seperti Amerika yang pada periode yang sama terkontraksi 0.3% dan Uni Eropa yang terkontraksi 0.1%. Perbandingan kondisi ekonomi ketiga negara dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Analis menyatakan pertumbuhan ekonomi Jepang ditopang oleh berbagai paket stimulus baik fiskal maupun moneter yang dilakukan pemerintah domestik (Jepang) maupun pemerintah negara-negara lainnya. Stimulus fiskal Jepang misalnya, membantu konsumsi domestik, yang memberi kontribusi sekitar 60% bagi ekonomi, meningkatkan 0.8% dan investasi publik meningkat 8.1%. Belanja modal (capital spending) turun 4.3%, lebih rendah dibanding ekspektasi ekonom yang memperkirakan turun 5.9%, namun merupakan penurunan selama 5 bulan berturut-turut. PM Jepang Taro Aso dalam sebuah debat dengan partai-partai rivalnya menyatakan figur positif tersebut merupakan hasil dari langkah-langkah pemerintah.
Permintaan dari luar negeri, neraca kesetimbangan antara ekspor dan impor, memberi kontribusi 1.6% bagi pertumbuhan GDP kuartal pertama. Peningkatan tersebut merupakan bagian dari paket stimulus yang diterapkan pemerintah di berbagai negara guna memerangi resesi global terutama China. Dari negara Amerika misalnya, paket stimulus ekonomi Amerika sebesar $787 milyar yang salah satunya dialokasikan untuk memberi potongan pajak bagi pembelian kendaraan mendongkrak penjualan kendaraan-kendaraan produksi Jepang di Amerika. Dari negara-negara regional, pemerintah China mengalokasikan $585 milyar dananya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jepang yang lebih ditopang oleh berbagai upaya pemerintahan di seluruh dunia berupa paket stimulus meimbulkan silang pendapat mengenai masa depan ekonomi Jepang. Sebagian analis optimis pertumbuhan di negara ekonomi terbesar ke-2 dunia tersebut akan berlanjut pada kuartal-kuartal selanjutnya seiring langkah perusahaan-perusahaan meningkatkan persediaan barang untuk eksport. Sementara sebagian nalis lainnya merasa kekhawatiran bahwa pertumbuhan yang hanya bertumpu pada paket stimulus jangka pendek akan menjadi jalan terjal bagi pertumbuhan ekonomi Jepang.
Mata Uang Aman Rally
Namun pertumbuhan ekonomi Jepang tidak memberi dampak signifikan terahdap sentimen perdagangan di pasar finansial. Indeks saham di bursa-bursa global termasuk di bursa Tokyo maupun Wall Street terpuruk pasca rilisan data GDP Jepang. Kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi Jepang akan terhambat seiring berkurangnya paket stimulus ekonomi global menekan indeks saham Nikkei terpuruk dengan penurunan harian terbesar dalam 4 bulan terakhir. Pasar finanisal nampaknya masih diseliuti kekhawatiran terhadap ancaman terhalangnya pemulihan ekonomi global menyusul rendahnya serangkaian data fundamental ekonomi vital dari Amerika seperti data sentimen konsumen (consumer sentiment) pekan lalu.
Kekhawatiran terhadap outlook pemulihan ekonomi global mendorong investor untuk melepas aset-aset beresiko dengan imbal hasil lebih tinggi (risk aversion) dan kembali memburu mata uang aman (US dollar dan yen). Indeks dollar <=USD> menguat ke level tertinggi bulan ini ke 79.512 dan yen menguat terhadap segenap mata uang utama lainnya termasuk terhadap US dollar. US dollar menguat ke level tertinggi sejak 30 Juli terhadap euro ke $1.4046, ke level tertinggi selama 1 bulan terhadap sterling ke $1.6277, ke level tertinggi sejak 12 Agustus terhadap Swiss franc ke CHF 1.0833, dan ke level tertinggi sejak 29 Juli ke $0.8156. Di sisi lain, yen menguat ke level tertinggi sejak 22 Juli terhadap euro dan sterling masing-masing ke ¥132.48
Post a Comment