Kekhawatiran Terhadap Outlook Ekonomi Global Mendorong Mata Uang Aman (07 Juli 2009)
Perhatian terhadap outlook ekonomi global terus mendominasi sentimen perdagangan di pasar mata uang asing (forex) hingga perdagangan awal pekan ini. Perhatian terhadap outlook ekonomi global mencuat pekan lalu menyusul buruknya kondisi pasar tenaga kerja Amerika (non-farm payrolls) dimana penurunan jumlah tenaga kerja Amerika kembali meningkat pada bulan Juni lalu. Analis menyatakan para pedagang dihadapkan pada indikasi bahwa data-data ekonomi yang dirilis belakangan ini tidak konsisten dengan ekspektasi sebagaimana pada bulan-bulan sebelumnya, dan kemungkinan data-data yang akan dirilis kemudian akan menunjukan hal yang sama.
Salah satu data fundamental ekonomi yang memperkuat kekhawatiran terhadap outlook ekonomi global yang dirilis kemarin adalah turunnya sentimen investor maupun analis Uni Eropa (sentix index) yang di luar perkiraan mengalami penurunan. Sentix research kemarin mengumumkan sentix index Uni Eropa untuk bulan Juli di luar perkiraan turun menjadi (minus) 31.3, level terendah sejak bulan Mei, dari (minus) 27.0 bulan sebelumna. Angka tersebut jauh di bawah median forecast polling Reuters yang memperkirakan meningkat menjadi (minus) 24.0. Penurunan tersebut merupakan penurunan pertama setelah menunjukan peningkatan selama 3 bulan berturut-turut.
Anjloknya sentimen investor dan analis Uni Eropa dipandang sebagai indikasi masih buruknya outlook ekonomi global sekaligus sebatai indikasi terhambatnya pemulihan ekonomi global yang meningkat beberapa waktu lalu. Kuatnya sentimen negatif atas penurunan setnix index US dollar sekaligus menutupi fakta berkurangnya kontraksi aktivitas jasa di Amerika yang juga dirilis kemarin. The Institute for Supply Management menyatakan aktivitas sektor jasa (services) Amerika meningkat menjadi 47.0 bulan Juni dari 44.0 bulan sebelumnya. Angka tesebut lebih besar dibanding rata-rata perkiraan polling Reuters yang memperkirakan meningkat 46.0. Meskipun masih berada di bawah 50.0 yang menunjukan bahwa sektor tersebut masih mengalami kontraksi, angka tesebut dinilai sebagai angka yang cukup baik. Salah satu bagian yang mendapat perhatian sangat besar dari rilisan data tersebut adalah meningkatnya tenaga kerja di sektor jasa. Dalam laporannya ISM menyatakan indeks tenaga kerja di sektor jasa meningkat menjadi 43.4 dari 39.0 bulan Mei. Sektor jasa merupakan barometer pertumbuhan ekonomi Amerika mengingat sektor tersebut meliputi sekitar 80% aktivitas ekonomi Amerika. Dalam laporan data tenaga kerja pekan lalu (non-farm payrolls), penurunan jumlah tenaga kerja terbesar masih disumbangkan sektor ini.
Bagi investor di pasar mata uang asing, kembali meningkatnya kekawatiran terhadap outlook ekonomi global mendorong mereka untuk terus memburu aset-aset maupun mata uang aman dan melepas aset-aset maupun mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi (risk aversion). Dua mata uang aman dunia, US dollar dan yen Jepang menguat terhadap sengenap mata aung utama lainnya melanjutkan penguatan akhir pekan lalu. Indeks dollar =USD> yang merupakan indeks nilai tukar US dollar terhadap 6 partner perdagangan utamanya meningkat ke level tertinggi selama 2 pekan ke 80.825, rebound dari level terendahnya sejak 11 Juni di 79.350 Kamis pekan lalu. Terhadap mata uang utama lainnya, penguatan US dollar terbesar terjadi terhadap mata uang yang paling sensitif terhadap perdagangan beresiko, sterling. US dollar menguat ke level tertinggi sejak 9 Juni terhadap sterling ke $1.6096 , ke level tertinggi sejak 23 Juni terhadap euro dan aussie masing-masing ke $1.3878  dan $0.7880 , dan ke level tertinggi sejak 25 Juni terhadap Swiss franc ke CHF 1.0956 . Namun US dollar tertekan terhadap yen yang juga merupakan sumber pendanaan utama dalam perdagangan beresiko, melemah ke level terendah sejak 1 Juni ke ¥94.67 . Selain terhadap US dollar, yen juga menguat terhadap mata uang utama lainnya, menguat ke level tertinggi sejak 23 Juni terhadap euro ke ¥131.70 , ke level tertinggi sejak 28 Mei terhadap sterling ke ¥153.00 , ke level tertinggi sejak 26 Mei terhadap Swiss franc ke ¥86.76 , dan ke level tertinggi sejak 24 Juni terhadap aussie ke ¥74.76 . Penguatan US dollar maupun yen sedikit berkurang pada paruh kedua perdagangan New York menyusul penguatan di bursa saham Wall Street yang kembali merangkak ke area positif setelah melemah di awal pembukaan pasar.
Pertemuan G8
Isu lain yang turut mempengaruhi sentimen perdagangan awal pekan kemarin adalah agenda pertemuan negara-negara G8 8 – 10 Juli mendatang di Italia. Para pemimpin negara-negara besar dunia tersebut akan mengekspresikan harapannnya bahwa krisis ekonomi global terburuk akan berlalu saat mereka menggelar pertemuan pekan ini. Namun analis menyatakan mereka juga berada di bawah tekanan khususnya menghadapi tantangan China terhadap supremasi US dollar sebagai mata uang cadangan devisa utama dunia. Beijing melempar ide pembentukan suatau mata uang alternatif terhadap US dollar sebagai cadangan devisa utama dunia berharap menjadikan hal tersebut dalam agenda pertemuan kali ini. Dengan besarnya cadangan devisa yang diinvestasikan dalam aset-aset Amerika, Beijing merasa perlu untuk menjamin abhwa tujuan jangka pajang tidak menghatui pasar dalam jangka pendek dan menekan nilai US dollar. Ide pembentukan mata uang alternatif cadangan devisa utama dunia bergulir saat emat negara berkembang terbesar yang tergabung dalam BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) bertemu di Rusia awal Juni lalu.
Pejabat China Senin kemarin menyatakan krisis finansial telah mengakibatkan kerusakan nyata pada US dollar sebagai petunjuk ekonomi globa, dan dunia akan mencari untuk menggantian mata uang Amerika, meskipun hal tersebut akan memakan waktu bertahun-tahun. Keinginan untuk menjadikan pembicaraan mengenai status dollar juga diperkuat oleh anggota BRIC lainnya, India. Keinginan tersebut disampaikan menteri luar negeri India Shivshankan Menon. Menon menyatakan India menghendaki untuk mendiskusikan proposal untuk menggantikan US dollar sebagai mata uang cadangan devisa global. Salah satu aset yang disebut-sebut sebagai kandidiat pengganti US dollar sebagai mata uang cadangan devisa global adalah the Special Drawing Right (SDR) yang dikeluarkan oleh lembaga moneter internasional (IMF). Analis berpendapat merupakan rencana feasibel untuk mereformasi SDR saat ini dan menmbuatnya menjadi sebuah “real settlement currency”.
Selain agenda pertemuan negara-negara G8 di Italia, agenda-agenda lain yang akan mempengaruhi sentimen perdagangan pekan ini adalah kebijakan moneter Australia (7/07) dan Inggris (8/07) serta laporan perolehan keuntungan perusahaan-perusahaan Amerika untuk kuartal kedua tahun ini.
                   
Pertemuan G8
Isu lain yang turut mempengaruhi sentimen perdagangan awal pekan kemarin adalah agenda pertemuan negara-negara G8 8 – 10 Juli mendatang di Italia. Para pemimpin negara-negara besar dunia tersebut akan mengekspresikan harapannnya bahwa krisis ekonomi global terburuk akan berlalu saat mereka menggelar pertemuan pekan ini. Namun analis menyatakan mereka juga berada di bawah tekanan khususnya menghadapi tantangan China terhadap supremasi US dollar sebagai mata uang cadangan devisa utama dunia. Beijing melempar ide pembentukan suatau mata uang alternatif terhadap US dollar sebagai cadangan devisa utama dunia berharap menjadikan hal tersebut dalam agenda pertemuan kali ini. Dengan besarnya cadangan devisa yang diinvestasikan dalam aset-aset Amerika, Beijing merasa perlu untuk menjamin abhwa tujuan jangka pajang tidak menghatui pasar dalam jangka pendek dan menekan nilai US dollar. Ide pembentukan mata uang alternatif cadangan devisa utama dunia bergulir saat emat negara berkembang terbesar yang tergabung dalam BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) bertemu di Rusia awal Juni lalu.
Pejabat China Senin kemarin menyatakan krisis finansial telah mengakibatkan kerusakan nyata pada US dollar sebagai petunjuk ekonomi globa, dan dunia akan mencari untuk menggantian mata uang Amerika, meskipun hal tersebut akan memakan waktu bertahun-tahun. Keinginan untuk menjadikan pembicaraan mengenai status dollar juga diperkuat oleh anggota BRIC lainnya, India. Keinginan tersebut disampaikan menteri luar negeri India Shivshankan Menon. Menon menyatakan India menghendaki untuk mendiskusikan proposal untuk menggantikan US dollar sebagai mata uang cadangan devisa global. Salah satu aset yang disebut-sebut sebagai kandidiat pengganti US dollar sebagai mata uang cadangan devisa global adalah the Special Drawing Right (SDR) yang dikeluarkan oleh lembaga moneter internasional (IMF). Analis berpendapat merupakan rencana feasibel untuk mereformasi SDR saat ini dan menmbuatnya menjadi sebuah “real settlement currency”.
Selain agenda pertemuan negara-negara G8 di Italia, agenda-agenda lain yang akan mempengaruhi sentimen perdagangan pekan ini adalah kebijakan moneter Australia (7/07) dan Inggris (8/07) serta laporan perolehan keuntungan perusahaan-perusahaan Amerika untuk kuartal kedua tahun ini.

















Post a Comment